Page 45 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 17 JUNI 2019
P. 45
Beberapa indikasinya antara lain ketidaksesuaian penempatan pegawai dan
ketiadaan jenjang karier yang jelas.
Berdasarkan survei tahun 2018 oleh Australia Awards Indonesia, hanya 60 persen
orang Indonesia lulusan Australia mendapat posisi manajerial lebih tinggi
pascapulang sekolah. Ada tidak sinkron pengembangan pegawai dan kebutuhan
institusi. Kemudian, belum banyak birokrat yang menilai penelitian (evidence based)
itu penting dalam penyusunan peraturan. Mereka lebih membutuhkan pegawai
administratif atau keterampilan tertentu.
Hal ini mengakibatkan pegawai pendidikan tinggi kurang optimal diberdayakan (idle
capacity). Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi era
SBY, Yuddy Chrisnandi, menyatakan, jumlah ASN sekitar 4,5 juta. Tapi yang
bergelar doktor hanya sekitar 2 persen atau 90.000. Tahun 2019 ditargetkan ada 5
persen doktor.
Taruhlah target tahun 2019 ini tercapai, maka jumlah ASN bergelar doktor sekitar
225.000. Apakah mereka telah diberdayakan sesuai dengan keilmuannya. Menteri
Tenaga Kerja (Menaker), Hanif Dhakiri, menyebutkan 63 persen pekerja menempati
jabatan tidak sesuai dengan bidang pendidikan. Hal ini harus segera diatasi karena
jika dibiarkan akan menurunkan produktivitas.
Akibatnya, penambahan beban pengeluaran. Kejadian miss-match semacam itu
menimbulkan opportunity cost yang tidak sedikit baik dari sisi waktu, upaya, maupun
dana. Ilmu yang telah dipelajari bertahun-tahun tidak terpakai secara optimal.
Tanggal 31 Agustus 2018, KPK menemukan penempatan tenaga yang tidak sesuai
dengan keahlian oleh pemerintah kabupaten (Pemkab) Timor Tengah Selatan
(TTS).
Misalnya, sarjana pertanian ditempatkan di rumah sakit umum daerah (RSUD) Soe.
Ada juga sarjana agama ditaruh di dinas kesehatan. Selanjutnya, berdasarkan karya
tulis Arifin (2017) pada Simposium Pendidikan Tema Mencerdaskan Kehidupan
Bangsa, Pendidikan Nasional Menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 tanggal 7 Desember 2017 di Gedung Nusantara IV,
Kompleks MPR/DPR, diinformasikan bahwa dari 230.633 dosen, hanya 26.199 (11
persen) bergelar doctor.
Kemudian 134.522 (58 persen) bergelar magister. Kebutuhan ideal dosen S2 dan
S3 dengan mahasiswa adalah 1:15 atau 1:20. Dengan jumlah mahasiswa 5.896.419
(BPS, 2017), diperlukan paling tidak 300.000 dosen bergelar magister dan doktor.
Lebih lanjut, Arifin menjelaskan Indonesia hanya memiliki 9.200 peneliti.
Page 44 of 131.