Page 53 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 20 DESEMBER 2021
P. 53

Ketiga,  tegas  Reti,  perlu  adanya  panduan  dan  pelatihan  yang  terus-menerus  untuk
              menghentikan kekerasan di tempat kerja. Pelatihan meliputi bimbingan, penyebaran informasi
              soal dampak kekerasan di tempat kerja, dan kampanye kesadaran publik untuk menghentikan
              hal itu.

              Di  diskusi  yang  sama,  Ketua  Umum  Aliansi  Jurnalis  Indonesia  (AJI)  Sasmito  menilai  masih
              terjadinya berbagai kasus kekerasan di Tanah Air disebabkan oleh regulasi atau Undang-Undang
              mengenai K3 yang sudah sangat ketinggalan zaman dan perlu diperbarui. Pasalnya, UU yang
              mengatur K3 itu hanya tertuang dalam UU No 1/1970 tentang Keselamatan Kerja dan UU No
              23/1992 tentang Kesehatan.

              “Kita tahu UU K3 yang ada saat ini sudah sangat jauh sekali, dari tahun 1970, ejaannya pun
              masih menggunakan ejaan lama. Ini artinya memang dari segi regulasi, kita tidak bisa berharap
              banyak walau dari Kementerian Ketenagakerjaan sudah ada peraturan menteri ketenagakerjaan
              kemudian peraturan presiden juga sudah dikeluarkan. Tapi dari segi UU, ini sudah sangat tua
              dan butuh disegarkan kembali." kata Sasmito.

              Ia memerinci, ketidakjelasan regulasi juga berdampak pada tidak takutnya para pelaku untuk
              melakukan kekerasan di tempat kerja. Pasalnya, sanksi yang tertuang di UU yang mengatur
              mengenai K3 tersebut hanya mengenakan sanksi sebesar Rp 100 ribu bagi para pelaku yang
              melanggar aturan.

              "Jadi kalau perusahaan disuruh memberikan helm dan rompi antipeluru supaya pekerja mereka
              aman bekerja, mungkin mereka lebih baik membayar sanksi daripada membelikan helm dan
              rompi  antipeluru.  Artinya,  memang  dari  segi  peraturan  per-undang-undangan  masih  perlu
              diperbarui." tuturnya.

              Butuh dukungan DPR

              Dalam paparannya di diskusi tersebut, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah mengaku miris
              dengan  maraknya  kasus  kekerasan  yang  terjadi  kepada  para  pekerja  di  Indonesia.  Guna
              mencegah terus berlangsungnya hal itu, dia bersama konfederasi serikat pekerja dan buruh serta
              asosiasi pengusaha mendorong DPR untuk segera menyelesaikan Rancangan Undang-Undang
              Tindak Pidana Kekerasan Seksual (RUU TPKS) agar perlindungan terhadap kekerasan di tempat
              kerja menjadi lebih baik ke depannya.

              "Saya dengar RUU ini sudah dibawa ke rapat paripurna untuk menjadi isu inisiatif DPR. Tinggal
              berikutnya  pemerintah  akan  merespons  dengan  membahas  bersama  DPR.  Mudah-mudahan
              segera dibahas antara DPR dan pemerintah," tegas Ida.

              Menurutnya, isu kekerasan dan pelecehan seksual, termasuk di dunia kerja, menjadi isu yang
              harus segera diatasi. Pasalnya, hal itu sudah merebak ke mana-mana, bahkan ada di tempat
              yang secara nalar dianggap tidak mungkin terjadi yakni di lembaga pendidikan keagamaan.

              Dalam  kondisi  tersebut,  menurutnya,  pemerintah  akan  terus  menjalankan  berbagai  upaya
              perlindungan pekerja dari kekerasan dan pelecehan di tempat kerja di masa pandemi dengan
              inovasi dan memanfaatkan teknologi yang ada.


              "Pemerintah terus melakukan program pengawasan dan pembinaan ketenagakerjaan. Ini dalam
              rangka mendorong budaya tempat kerja bebas kekerasan dan pelecehan," tuturnya.

              Dia  menekankan  Kemenakerpada  23  November  2021  lalu  juga  telah  menyelenggarakan
              workshop tingkat ASEAN bagi pengawas ketenagakerjaan tentang kekerasan dan pelecehan di
              lingkungan kerja.



                                                           52
   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58