Page 87 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 20 DESEMBER 2021
P. 87
Nurjaman mengatakan, hingga saat ini Apindo DKI Jakarta belum menerima salinan Peraturan
Gubernur terkait revisi kenaikan UMP 2022 sebesar 5,1% tersebut. Nantinya, setelah menerima
salinan resmi aturan tersebut, pihaknya akan mengkaji dan berdiskusi dengan Kadin dan asosiasi
lainnya.
Setelah itu, pihaknya akan berkomunikasi dengan Gubernur DKI Jakarta terkait hal tersebut. Jika
tidak membuahkan hasil, maka Apindo DKI Jakarta akan melakukan upaya hukum.
"Termasuk upaya mengajukan mem PTUN kan atas kebijakan Gubernur tersebut," kata
Nurjaman saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (19/12).
Selain itu, Apindo DKI Jakarta juga telah mensosialisasikan kepada seluruh perusahaan di DKI
Jakarta untuk mengikuti penetapan UMP 2022 yang ditetapkan Gubernur DKI Jakarta pada 21
November 2021 yang telah sesuai PP 36 tahun 2021.
"Karena UMP mesti ditetapkan pada 21 November, sekarang kalau ditetapkan Desember sudah
bukan ketentuannya lagi," ucap Nurjaman.
Dihubungi secara terpisah, Wakil Ketua Umum Bidang Ketenagakerjaan Kadin Indonesia, Adi
Mahfudz Wuhadji mengatakan, keputusan merevisi UMP 2022 DKI Jakarta tidak sesuai dengan
regulasi yang ada yakni PP nomor 36 tahun 2021 tentang Pengupahan.
Adi mengatakan, penetapan UMP harus berdasarkan kesepakatan tripartit yakni pemerintah,
dunia usaha dan pekerja/buruh. Serta sesuai dengan formula yang terdapat dalam PP 36/2021.
Oleh karena itu, Adi mengatakan, pihaknya akan berkoordinasi dengan Kementerian Dalam
Negeri dan Kementerian Ketenagakerjaan terkait revisi kenaikan UMP 2022 yang dilakukan
Pemprov DKI Jakarta.
"Kami akan melakukan langkah hukum jika memang ini dirasakan terlalu memberatkan kami dan
dirasa memaksakan karena itu dampak implikasi nya kemana-mana," ucap Adi saat dihubungi
Kontan.co.id.
Adi menyatakan, penetapan UMP yang tidak sesuai regulasi akan berdampak pada tidak
kondusifnya pengupahan di Indonesia.
Adi mengatakan, kemungkinan meningkatnya pemutusan hubungan kerja (PHK) imbas dari revisi
kenaikan UMP DKI 2022 yang tidak sesuai regulasi. Bahkan, perusahaan bisa saja tutup karena
tidak mampu membayar UMP yang tidak sesuai dengan regulasi. "Yang dunia usaha butuhkan
adalah kepastian hukum," tutur Adi.
86