Page 177 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 7 OKTOBER 2021
P. 177

Elly juga menitikberatkan pada manfaat program Jaminan Pensiun (JP) yang masih sangat kecil
              yaitu Rp 300 ribu hingga Rp 3,6 juta per bulan. Selain itu juga menyayangkan, sejak program
              tersebut dijalankan sejak tahun 2015 hingga saat ini, belum dilakukan peninjauan kembali terkait
              besaran iurannya.

              Ia juga berharap peninjauan dapat dilakukan setiap tiga tahun sekali, sesuai ketentuan agar
              manfaat yang diterima peserta maksimal.

              Sebelumnya  Komisi  IX  DPR  RI  menggelar  Rapat  Dengar  Pendapat  (RDP)  bersama  dengan
              Kementerian Ketenagakerjaan, BPJS Ketenagakerjaan (BPJAMSOSTEK) dan perwakilan Serikat
              Pekerja/Buruh  guna  membahas  terkait  pengawasan  klaim  Jaminan  Hari  Tua  (JHT),  Jaminan
              Pensiun  (JP)  dan  Jaminan  Kehilangan  Pekerjaan  (JKP)  terhadap  pekerja  atau  buruh  yang
              mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) di masa pandemi Covid-19.

              Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial (PHI & Jamsos) Kemnaker Indah
              Anggoro  Putri  menyatakan  bahwa  peningkatan  angka  klaim  JHT,  salah  satunya  disebabkan
              banyaknya pekerja yang mengalami PHK.

              Selain itu pihaknya pun mendapati adanya pergeseran filosofi dari program JHT yang seharusnya
              dinikmati  ketika  memasuki  hari  tua  atau  masa  pensiun,  namun  banyak  pekerja  yang  justru
              mencairkan saldo JHT setelah PHK.
              Hal  tersebut  didasari  Peraturan  Pemerintah  Nomor  60  Tahun  2015  dan  Peraturan  Menteri
              Ketenagakerjaan (Permenaker) Nomor 19 Tahun 2015 yang memungkinkan bagi para pekerja
              untuk melakukan klaim JHT satu bulan setelah mengalami PHK.

              Saat  ini  Kemnaker  sedang  melakukan  revisi  terhadap  Permenaker  tersebut  untuk
              mengembalikan kepada filosofi program JHT yang seharusnya.

              "Kami merevisi Permenaker nomor 19 tersebut, kita kembalikan kepada filosofi JHT yaitu benar-
              benar sebagai tabungan di masa tua sebagai amanat yang tertera dalam Undang-Undang Nomor
              40 Tahun 2004 dan juga Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2015," kata Indah.

              Direktur Pelayanan BPJAMSOSTEK Roswita Nilakurnia juga memaparkan data klaim JHT dalam
              kurun waktu Desember 2020 hingga Agustus 2021 dan dirinya membenarkan bahwa selama
              masa pandemi terjadi kenaikan jumlah klaim jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

              Hingga  Agustus  2021,  tercatat  1,49  juta  kasus JHT dengan  penyebab klaim  didominasi oleh
              pengundurkan diri dan PHK. Selain itu mayoritas nominal saldo JHT yang diklaim adalah dibawah
              Rp10 juta dan range umur peserta paling banyak di bawah 30 tahun dimana merupakan usia
              produktif bekerja.

              Deputi Direktur Wilayah Jateng dan DIY Suwilwan Rachmat menambahkan tingginya klaim juga
              terjadi di Jateng dan DIY dimana sampai September 2021 tercatat 204.584 kasus dengan total
              pembayaran klaim Rp2.160.206.784.266,32.

              "Sementara  untuk  pembayaran  Jaminan  Pensiun  (JP)  terdapat  56,192  kasus  dengan  total
              Rp53.392.129.805,42," kata Willy, panggilan akrab Suwilwan Rachmat.











                                                           176
   172   173   174   175   176   177   178   179   180   181   182