Page 140 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 13 NOVEMBER2019
P. 140
Aris mengatakan bahwa kondisi prekaritas pada pekerja telah mengizinkan
bertemunya ideologi dengan faith (keyakinan) yang dampaknya sangat berbahaya.
"Setelah menjadi prekariat, mereka akan mencari solusi serta menghadapi panik
moral. Akhirnya menjawab dengan agama. Di satu sisi ada kekosongan ideologi,"
katanya.
"Kekosongan ini dijawab dan ditemukan dalam ruang pengajian yang kemudian
dibajak oleh kelompok ISIS menjadi ruang yang mampu menciptakan proses
ideologisasi dan penguatan yang kita sebut faith."
Pendekatan Keamanan Bukan Jawaban
Usaha pemerintah Indonesia memerangi radikalisme melalui gerakan anti-radikalisme
menurut Aris justru menambah narasi baru.
"Pendekatan sekuritisasi justru akan menjadi bumerang bagi pemerintah sendiri
karena seolah-olah memberikan narasi bahwa ini adalah marginalisasi," kata dia.
"Pengalaman atau pengetahuan tentang apa yang terjadi secara ideologis bahwa dia
(kelompok radikal) dipinggirkan secara politik dapat memperkuat sikap mereka
menjadi violent extremism."
Mendengar dari pengalaman orang-orang yang telah ia wawancara, Aris
menyimpulkan bahwa penambahan saluran kebudayaan adalah jalan keluar yang
lebih cocok.
"Sebagian informan yang sudah kami wawancara sudah sampai di titik radikal," kata
Aris.
"Tapi karena banyak saluran kebudayaan yang ia ikuti ketika di Taiwan atau Hongkong,
itu mampu mengurangi radikalisme itu sendiri sehingga tidak bergerak ke violent
extremism."
"Menurut saya bukan pendekatan sekuritisasi, tapi memperbanyak saluran yang
kemudian bisa membawa mereka lagi ke situasi multikultural."
Page 140 of 182.