Page 295 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 30 NOVEMBER 2021
P. 295

"Kita bisa melihat di sektor garmen, tekstil, dimana buruh memproduksi baju, sepatu kualitas
              ekspor seperti NIKE, ADIDAS, H&M, GAP dan lain-lain yang (dipakai) dalam kancah piala dunia,
              olimpiade,  dan  perhelatan  olahraga  dunia  lainnya.  Ini  menunjukkan  kualitas  tenaga  kerja
              Indonesia," kata Dian saat dihubungi VIVA, Senin 29 November 2021.

              Dian mencontohkan, selama ini yang terjadi adalah meskipun dalam per jam buruh garmen bisa
              memproduksi 100 pieces (pcs) barang atau bahkan lebih, hal itu dilakukan dengan target yang
              tinggi hingga mereka tidak sempat ke kamar mandi atau ke Pojok ASI. Selain itu, menurutnya
              produktivitas pekerja di suatu negara seharusnya tidak hanya dilihat dari aspek buruh/tenaga
              kerja saja, melainkan juga dari aspek perkembangan teknologi di Indonesia.

              "Misalnya  di  garmen,  mesin  jahit  yang  digunakan  tidak  modern,  sudah  aus  sehingga  sering
              macet. Perusahaan kerap enggan mengganti mesin," ujarnya.

              Lalu di industri sawit, dapat dilihat bahwa Indonesia merupakan produsen sawit yang terbesar
              di dunia. Realita itu menurutnya jelas menunjukkan betapa tingginya produktivitas tenaga kerja
              Indonesia. Sebaliknya, lanjut Dian, tenaga kerja Indonesia dan keluarganya justru makin hancur
              dengan fleksibilitas tenaga kerja yang diterapkan oleh negara. Misalnya seperti upah murah,
              status kerja kontrak, outsourcing, dan privatisasi aset negara.

              "Yang berdampak pada makin mahalnya kebutuhan dasar seperti listrik, air, BBM, kesehatan,
              pendidikan dan lain-lain. Dalam hal ini, negara lah yang sebenarnya menghancurkan tenaga
              kerja Indonesia," ujarnya.

              Diketahui, sebelumnya Kementerian Ketenagakerjaan menyatakan bahwa model pengupahan
              berbasis  produktivitas  merupakan  salah  satu  syarat  bagi  terciptanya  perekonomian  yang
              produktif. Hal itu dinilai akan memberikan dampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi dan
              investasi. Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
              (PHI  dan  Jamsos)  Kemenaker,  Indah  Anggoro  Putri  mengatakan,  Sistem  pengupahan  yang
              berbasis  produktivitas  akan  memberikan  dampak  positif  bagi  peningkatan  daya  saing  dunia
              usaha karena menumbuhkan spirit, budaya, dan ritme kerja yang profesional di perusahaan.
              "Untuk itu, menurut saya pembahasan upah berbasis produktivitas ini sangat strategis," ucap
              Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (PHI dan
              Jamsos) Kemenaker, Indah Anggoro Putri dalam siaran persnya beberapa waktu lalu.































                                                           294
   290   291   292   293   294   295   296   297   298   299   300