Page 3 - BAB 3
P. 3
perbedaan bentuk pemerintahan berpengaruh besar dalam
menentukan siapakah warga negara yang sesungguhnya dari suatu
negara. Jadi menurut Aristoteles, yang disebut warga negara adalah
orang yang secara aktif ikut mengambil bagian dalam kegiatan hidup
bernegara, yaitu orang yang bisa berperan sebagai orang yang
diperintah dan orang yang bisa berperan sebagai yang memerintah (Sri
Wuryan dan Syaifullah, 2009: 108). Orang yang diperintah dan yang
memerintah itu sewaktu-waktu dapat bertukar peran. Jadi warga
negara harus sanggup memainkan peranan yang sangat penting dalam
kehidupan bernegara (Rapaar, 1993: 67).
Selanjutnya, Sri Wuryan dan Syaifullah (2009:108) menjelaskan
bahwa warga negara dibagi ke dalam dua golongan, yaitu (1) yang
menguasai atau yang memerintah, (2) yang dikuasai atau yang
diperintah. Warga negara yang menguasai haruslah memiliki kebajikan
dan keutamaan yakni sifat kebaikan dan kearifan. Berkaitan dengan
posisi warga negara yang memerintah dan yang diperintah tidaklah
berlaku untuk waktu yang selamanya. Dalam waktu tertentu keadaan
itu bisa bertukar posisi, dimana yang diperintah berganti menjadi yang
memerintah. Hal ini didasarkan pada argumentasi bahwa seluruh
warga negara itu adalah orang-orang bebas dan sederajat sehingga
mereka semua harus siap sedia untuk memerintah dan diperintah, maka
seluruh warga negara itu harus memiliki satu keutamaan dan kebajikan
yang sama. Selanjutnya, Aristoteles menegaskan bahwa kebajikan yang
harus dimiliki oleh seluruh warga negara yang baik ialah kemampuan
untuk menguasai dan dikuasai dengan baik atau kemampuan untuk
memerintah dan diperintah dengan baik.
WARGA NEGARA 45