Page 106 - Pembelajaran Vokasi di Perguruan Tinggi (Tinjauan Filsafat dan Rekonstruksi Teori) - Agunawan Opa
P. 106
magang sudah dirancang bersama. Padahal manfaat bagi tenaga
magang dan usaha dapat saling mendukung.
Selain itu, revitalisasi tenaga pendidik juga harus diprioritaskan
karena tenaga pendidik vokasi saat ini umumnya adalah lulusan
sarjana dan magister pendidikan akademik, bukan pendidikan vokasi
atau magister terapan. Kondisi ini berpengaruh pada cara mengajar
dan mengevaluasi kompetensi siswa. Bahkan asesor akreditasi
pendidikan vokasi yang berlatar belakang akademik seringkali tidak
nyambung.
Pendidikan vokasional lebih mengutamakan praktik daripada
teori. Karenanya, para pengajar harus memiliki pengalaman
profesional. Jadi, seharusnya pembinaan kompetensi dosen vokasi
tidak di jalur akademik. Jika dosen terlibat dalam kegiatan industri,
pengalaman terapannya akan bertambah dan terbaharui, baik terkait
metode kerja maupun peralatan dan teknologi industri termutakhir.
Alokasi anggaran untuk pendidikan vokasi di 2019 mencapai
Rp17,2 triliun, jauh lebih tinggi dibanding tahun 2018 sebesar Rp10,1
trilun. Dana tersebut tersebar di Kementerian Tenaga Kerja,
Kementerian Perhubungan, Kementerian Ristekdikti, Kementerian
Perindustrian, dan Kementerian Pariwisata. Anggaran ini akan
digunakan untuk melatih 235 ribu tenaga kerja, revitalisasi 12
Politeknik, peningkatan kompetensi 6771 instruktur, serta pengadaan
diklat di 26 lembaga. Selain itu, dana ini juga ditujukan untuk pelatihan
sertifikasi, penyiapan 1400 ruang praktek di SMK, serta bantuan
operasional peralatan pendidikan.
E. Keterlibatan Dunia Usaha
Pendidikan Vokasi memiliki peran besar dalam pengembangan
ilmu pengetahuan dan inovasi, serta memberi solusi bagi masyarakat,
dunia usaha, dan pemerintah. Demikian juga dunia akademik,
memerlukan sinergi dengan entitas bisnis dan pemerintah untuk
berpartisipasi menjalankan program pembangunan. Dan untuk
mewujudkan peranan tersebut pendidikan vokasi membutuhkan
95