Page 4 - BULETIN 1175
P. 4

BULETIN            Parlementaria


            Rachmat Gobel
       RI   Kritik APBN

      PIMPINAN - DPR  Dialokasikan







            untuk Proyek


            Kereta Cepat








                         akil Ketua DPR     dari proposal Jepang.
                         RI Koordinator     Padahal dari segi
                         Bidang Industri    kualitas pasti Jepang
            W dan Pembangunan               jauh lebih baik,” tandas
            (Korinbang) Rachmat Gobel       Gobel. 
            mengkritik langkah pemerintah yang   Oleh sebab itu,
            mengalokasikan dana dalam Anggaran   ia meminta agar
            Pendapatan dan Belanja Negara   pemerintah berfokus       Wakil Ketua DPR RI Rachmat Gobel. Foto: Jaka/nvl
            (APBN) untuk proyek kereta cepat   pada prioritas penggunaan
            Jakarta-Bandung. Menurut Gobel,   anggaran saat ini, yakni untuk
            APBN seharusnya difokuskan untuk   penanganan Covid-19, pemulihan   dalam menggarap proyek tersebut. 
            pemulihan ekonomi dan pembangunan   ekonomi dan pembangunan ibu    Sebagaimana diketahui, kebutuhan
            Ibu Kota Negara (IKN) baru di   kota negara baru. Pemerintah, kata   investasi proyek kereta cepat Jakarta-
            Kalimantan Timur.               Gobel, harus konsisten dengan skema   Bandung membengkak dari 6,07 miliar
               “Soal kereta cepat biar kita serahkan   pembangunan yang sejak dari awal   dollar Amerika Serikat (AS) atau sekitar
            ke investornya. Ini sesuai dengan   sudah diputuskan. Pembengkakan   Rp86,67 triliun (kurs Rp14.280 per dolar
            ide awal yang berprinsip business to   biaya, dinilai Gobel seharusnya   AS) menjadi 8 miliar dollar AS atau
            business,” tegas Gobel dalam keterangan   diserahkan ke perusahaan konsorsium   setara Rp114,24 triliun. Estimasi ini sedikit
            pers yang diterima Parlementaria,   Kereta Cepat Indonesia China (KCIC),   turun dari perkiraan awal mencapai
            Sabtu (30/10). Langkah tersebut telah   yang terdiri dari PT Wijaya Karya   8,6 miliar dollar AS atau Rp122,8 triliun.
            resmi diterbitkan melalui Peraturan   (Persero) Tbk, PT Kereta Api Indonesia   Estimasi peningkatan biaya proyek
            Presiden (Perpres) Nomor 93 Tahun 2021   (Persero), PT Jasa Marga (Persero) Tbk,   kereta cepat tidak setinggi sebelumnya
            tentang Perubahan Atas Perpres Nomor   dan PT Perkebunan Nusantara VIII   karena perusahaan melakukan
            107 Tahun 2015 tentang Percepatan   (Persero) atau PTPN VIII.   efisiensi, seperti memangkas biaya,
            Penyelenggaraan Prasarana dan      “Jadi jika terjadi pembengkakan   pembangunan stasiun, dan lainnya.
            Sarana Kereta Cepat Antara Jakarta dan   biaya maka diserahkan kepada   Direktur Keuangan dan Manajemen
            Bandung.                        perusahaan-perusahaan tersebut. Dan   Risiko Kereta Api Indonesia (KAI)
               Semula, pemerintah menyetujui   jika ada perusahaan yang tak mampu   Salusra Wijaya menyebut kebutuhan
            pembuatan kereta cepat itu tak akan   menyetorkan biaya tambahan, maka   investasi proyek akan meningkat karena
            memakan APBN karena menganut    sahamnya terdelusi dengan sendirinya.   Indonesia belum menyetor modal awal
            skema business to business. Namun   Ini proses bisnis yang biasa saja. Ini   senilai Rp4,3 triliun. Padahal, setoran itu
            demikian, hingga saat ini anggaran   namanya business to business. Jangan   seharusnya dilakukan sejak Desember
            pembangunan terus membengkak. “Yang   memaksakan diri dengan meminta dana   2020. Jumlah itu belum termasuk
            pasti hingga kini sudah bengkak dua kali.   dari APBN,” kritik politisi Partai NasDem   estimasi tanggung jawab sponsor dalam
            Kondisi ini sudah berkebalikan dengan   itu sembari meminta KCIC dapat   membiayai pembengkakan biaya (cost
            tiga janji semula serta sudah lebih mahal   bertindak secara transparan dan jujur   overrun) sebesar Rp4,1 triliun.   ann/sf


            4    Nomor 1175/II/XI/2021  •  November 2021
   1   2   3   4   5   6   7   8   9