Page 701 - Bab_1. Ikhlas
P. 701
68. Kesembilan: Dari Umar r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Janganlah seseorang lelaki itu
ditanya apa sebabnya ia memukul isterinya - sebab mungkin ia akan malu jikalau sebab
pemukulannya diketahui oleh orang lain."
Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan lain-lainnya.
Nota kaki:
Sabdanya Nabi s.a.w. An-naaqatut 'usyara, dengan dhammahnya 'ain dan fathahnya syin serta
dengan mad (yakni dibaca panjang dengan diberi hamzah di belakang alif), artinya: bunting.
Sabdanya Antaja dalam riwayat lain berbunyi Fanataja, artinya: Menguasai di waktu
keluarnya anak unta. Natij bagi unta adalah sama halnya dengan Qabilah bagi wanita. Jadi
natij, artinya penolong unta betina waktu beranak, sedang qabilah, artinya penolong wanita
waktu melahirkan atau biasa dinamakan bidan.
Sabda Wallada haadzaa dengan disyaddahkan lamnya, artinya: Menguasai waktu
melahirkannya ini, Jadi sama halnya dengan Antaja untuk unta. Oleh sebab itu kata-kata
Muwallid, Natij dan Qabilah adalah sama maknanya, tetapi muwallid dan natij adalah untuk
binatang, sedang qabilah adalah untuk selain binatang.
Adapun sabda beliau s.a.w.: Inqatha-'at biyal hibaalu, yaitu dengan ha' muhmalah (tanpa
bertitik) dan ba' muwahhadah (bertitik sebuah), artinya: beberapa sebab. Jadi jelasnya: Sudan
terputus semua sebab (untuk dapat memperoleh bekal guna melanjutkan perjalananku).
Sama halnya dengan yang biasa diucapkan oleh orang banyak: "Laisa 'alaatbuulil hayaati
nadamun," artinya: Tidaklah selain timbul penyesalan dalam sepanjang kehidupan ini,
maksudnya ialah oleh sebab sangat panjangnya masa hidupnya itu.