Page 4 - Materi Sejarah Lokal DPRD Sumsel Masa Orde Lama
P. 4
Gagalnya usaha untuk kembali ke UUD 1945 dengan melalui Konstituante
dan rentetan peristiwa-peristiwa politik yang mencapai klimaknya dalam bulan
Juni 1959, akhirnya mendorong Presiden Sukarno untuk sampai kepada kesim
pulan bahwa telah timbul keadaan ketatanegaraan yang membahayakan
persatuan dan kesatuan Negara, Nusa dan Bangsa serta merintangi
pembangunan semesta untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur.
Demikianlah demi keselamatan negara berdasarkan staatsnoodrecht (hukum
keadaan bahaya bagi negara) pada hari Minggu tanggal 5 Juli 1959, jam 17.00;
dalam suatu upacara resmi di Istana Merdeka diumumkan Dekrit Presiden
mengenai pembubaran Konstituante dan berlakunya kembali UUD 1945 dalam
kerangka Demokrasi Terpimpin.
2.1.3 DPRD Sumsel Orde Lama
A. Situasi Politik Orde Lama
1. Pemilihan Umum (Pemilu) DPR/DPRD 1955
Pemilihan umum tahun 1955 merupakan pemilihan umum pertama di
Indonesia yang diselenggarakan pada tahun 1955. Pemilihan tersebut sering
disebut sebagai pemilihan umum paling demokratis di Indonesia. Pemilihan
umum (1955) diadakan ketika keamanan nasional masih belum kondusif;
DI/TII (Tentara Darul Islam/Tentara Islam Indonesia), khususnya pimpinan
Kartosuwiryo, dirundung kekacauan di beberapa daerah. Dalam kondisi
tersebut anggota tentara dan polisi juga memilih. Mereka yang bertugas di
daerah rawan bergiliran datang ke TPS. Pilkada berlangsung aman.
Pemilihan itu rencananya akan memilih anggota DPR dan Konstituante.
Sebanyak 260 kursi DPR diminta, sementara 520 (dua kali lipat kursi DPR)
dan 14 perwakilan kelompok minoritas yang ditunjuk pemerintah di
Konstituante diminta (Anggara, 2013: 231).
Pada pemilu masa orde lama bentuk ejekan politik sangat variatif mulai
dari ajakan dalam bentuk gambar, tulisan atau artikel dan secara langsung
atau verbal. Pada masa ini perseteruan politik paling menonjol dilakukan
oleh tiga partai besar yaitu PNI, Masyumi, dan PKI (Utomo & Aji, 2021).
Pemilu tahun 1955 juga dirasakan di Palembang dimana pemungutan
suaranya terjadi pada tanggal 29 September 1955 di Palembang telah
berjalan dengan baik dan aman, Kota Palembang hari itu mengalami