Page 16 - BUKU AJAR
P. 16
dan meyakini dirinya sendiri sebagai Nabi dan Rasul. Parahnya lagi,
pengakuannya ditularkan kepada orang lain untuk mengakui dan meyakini
kerasulannya dan kenabiannya. Ini tentunya sangat berbahaya bagi dirinya
sendiri dan bagi orang lain. Karena salah di dalam memahami dan mengartikan
sifat Rasul yang ada dalam diri manusia.
Hadist tentang kewajiban beriman tentang adanya para Rasul Allah
adalah:
َتََؤَِ ََََٓثبٌمََدَزَََٚخَس٢َََاََٛ١ٌاَََٚٗ ٍََز َظَََٚٗ َ َوتَجَََٚٗ َِلاََئَىَتََََّٚب ََْلَب َيَأَ ََْتََؤَِ ََٓثَبلله٠ََ َع ََٓالَإَٟٔفَأَ َخَجَس
َٖ َشََسََََٖٚس١ََخ
Artinya : “Iman adalah engkau berimann kepada Allah,Malaikat-Nya, Kitab-
kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari akhir dan Qadar (ketentuan Allah)
yang baik dan buruk”. (HR.Al-Bukhari dan Muslim)
Sebagai pedoman bagi umat manusia, sekalipun memahami dan mejalani
sifat Rasul, tidak akan menjadikan diri kita sebagai Rasul dan Nabi. Harus
diyakini, bahwa Rasul dan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul dan Nabi
terakhir, yang diutus oleh Allah Ta „ala. Hanya sifat Rasul dan kelakuan Rasul
yang diwariskan pada setiap diri manusia, untuk dipahami, dijalani, dan
diamalkan di dalam hidup dan kehidupan sehari-hari umat manusia, seperti yang
dicontohkan oleh Kanjeng Nabi.
Pendidikan Agama Islam & Budi Pekerti kelas XI 11