Page 334 - BUMI TERE LIYE
P. 334
TereLiye “Bumi” 331
Seli membungkuk, melangkah masuk ke dalam perapian, disusul Ali.
Aku ikut membungkuk melangkah masuk. Tidak terasa panas, lidah api
hanya menerpa wajah, seperti angin ha-ngat. Aku berkonsentrasi penuh
membayangkan ruangan Bagian Terlarang, dan dalam sekejap kami sudah
masuk ke dalam lorong api. Kiri, kanan, depan, belakang, atas, dan bawah
hanya nyala api. Aku, Seli, dan Ali berdiri rapat. Sensasinya sama seperti
me-lintasi lorong berpindah, seperti melesat cepat menuju sesuatu yang
tidak terlihat. Dalam hitungan detik, lorong itu membuka, membent uk
celah, aku bisa melihat ke depan. Meja tua dengan kursi-kursi di
sekelilingnya. Juga lemari berdebu. Ruangan pengap yang pernah kami
datangi.
Ali membungkuk, melangkah keluar lebih dulu. Disusul oleh Seli.
Terakhir aku.
Kami sudah tiba di Bagian Terlarang Perpustakaan Sentral.
***
Nyala api yang menyembur tinggi di belakang kami perlahan
mengecil, lantas kembali normal. Kecemasan Ali tidak terbukti, Av memang
meninggalkan perapian di Bagian Terlarang tetap me-nyala stabil, dan tidak
ada siapa pun yang menunggu kami.
Tidak ada yang berubah di ruangan itu, persis seperti terakhir kali
kami datang—sama pengapnya. Posisi meja dan bangku tetap sama. Yang
berbeda adalah lemari tua berdebu itu kosong. Seluruh buku, kotak, dan
gulungan kertas di lemari lenyap. Mungkin sebagian dibawa Av, sebagian
lagi dipindahkan Pasukan Bayang-an. Ali membuka sobekan majalah yang
dia bawa, meletakkannya di atas meja berdebu. Kami ikut memperhat ikan
peta gedung Per-pustakaan Sentral.
”Kita tidak akan sempat memeriksa seluruh gedung dan memang
tidak perlu memeriksa semuanya. Dari puluhan ruangan, setidaknya ada dua
belas tempat ideal yang mungkin dijadikan tempat menahan Miss Selena.
Ruangan luas, dengan pintu sedikit, dan tempat Pasukan Bayangan
berjaga-jaga. Kita bisa menghapus ruangan di sayap kanan gedung. Menur ut
siaran televisi, bagian itu sudah runtuh, ruangan di
http://cariinformasi.com

