Page 336 - BUMI TERE LIYE
P. 336
TereLiye “Bumi” 333
”Kita berangkat sekarang.” Aku sudah bergerak ke pintu bulat kecil.
Entah kenapa Ali jadi aneh begini, tiba-tiba melan-kolis. Jangan-jangan dia
mabuk gara-gara melintasi lorong api baru-san.
Seli tertawa kecil melihat tampang kusut Ali, lalu bergegas mengik ut i
langkahku.
Ali segera menyusul sambil mendengus sebal.
Aku mendorong pintu bulat itu, menatap lorong remang di depan
kami, menghela napas untuk terakhir kali, membulat-kan tekad, kemudian
melangkah masuk. Tidak ada lagi kesempat-an untuk kembali. Inilah
saatnya. Kami harus menemukan Miss Selena segera, menyelamatkannya.
Aku memimpin rombongan, berjalan cepat di lorong pertama. Tidak
ada siapa-siapa. Tiba di ujung lorong, ada pintu di sana. Aku tahu, pintu ini
menuju ruangan besar Bagian Terbatas, tem-pat Av menemui kami pertama
kali. Napasku menderu kencang, jan-tungku berdetak lebih cepat. Seli dan
Ali berdiri di belakang-ku.
Aku membuka pintu perlahan. Mengintip ke depan. Kosong dan gelap.
Setelah membuka lebih lebar pintu bulat, aku me-langkah masuk penuh
perhitungan. Ruangan ini nyaris gelap. Lampu kristal di atas mati, dua di
antaranya bahkan rontok di atas pualam, hanya menyisakan larik cahaya
dari langit-langit. Mungkin cahaya dari luar. Hampir seluruh dindin g
berlubang, bekas pukulan memati-kan. Buku berserakan di lantai, di antara
kayu lemari yang han-cur lebur. Aku tidak punya waktu menatap sedih
semua buku yang rusak. Kami harus fokus atas misi ini, bukan hal lain.
”Aman, Ra?” Seli berbisik dari balik pintu.
Aku mengangguk. Ali dan Seli ikut melangkah masuk ke dalam
ruangan.
Ali melihat peta di tangannya, memeriksa sekitar, berbisik pelan, ”Kita
menuju pintu di dekat meja besar.”
http://cariinformasi.com

