Page 9 - E-book Jenni Yuvela br.bangun
P. 9
mereka membantu mengatasinya. Emosi seseorang yang mudah terangsang dapat dijinakkan
dengan pengalaman-pengalaman yang diperoleh melalui pelajaran dan respon emosional yang
dipelajari anak-anak sewaktu mereka tumbuh. Orangtua yang setahap demi setahap
memberikan pengalaman yang membesarkan hati anak akan membuat anak mampu
mengurangi rasa takutnya.
Goleman menyatakan bahwa pelajaran emosi yang diberikan Orangtua pada anak memiliki
pengaruh besar terhadap temperamen anak, baik meredam atau memperbesar temperamen
lahirnya. Pembelajaran emosi ini bukan hanya melalui hal-hal yang diucapkan oleh orangtua
secara langsung pada anaknya, melainkan juga melalui contoh-contoh yang mereka berikan
sewaktu menangani perasaannya sendiri. Orangtua yang tidak matang, mengalami depresi atau
terus menerus marah sangat kecil kemungkinannya untuk memberikan perhatian yang
memadai, apalagi menyesuaikan diri dengan kebutuhan emosional anaknya.
Pendapat senada juga dikemukakan oleh Gottman dan Declaire yaitu orangtua yang emosinya
terganggu, mengalami stress atau depresi lebih besar kemungkinannya untuk menjadi dingin
dan tidak tanggap pada kebutuhan emosional anaknya. Gottman dan DeClaire juga menegaskan
bahwa interaksi emosional orangtua dengan anaknya akan berpengaruh besar pada masa depan
anak karena dengan membuat ikatan-ikatan emosional yang kuat dengan anak berarti menolong
anak mengembangkan kemampuan emosionalnya.
c. Lingkungan
Selain orangtua, ternyata orang lain yang berada di sekitar anak yang memberikan pengajaran
baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kematangan emosi anak.
Orang lain yang dimaksud ini bisa guru, maupun tenaga professional yang berkaitan dengan
pendidikan anak.
Sekolah dapat menjadi suatu komunitas yang peduli, tempat murid merasa diperhatikan,
dihargai dan memiliki ikatan dengan teman sekelasnya, guru dan sekolah itu sendiri. David
Hamburg menegaskan bahwa bagi anak usia sekolah dasar, sekolah merupakan wadah dan
pengalaman menentukan yang akan mempengaruhi masa depan anak. Beberapa kemampuan
yang dapat dikembangkan di sekolah adalah kemampuan menunda pemuasan, kemampuan
bertanggung jawab sosial dengan cara yang tepat, kemampuan mempertahankan kendali
terhadap emosi serta memiliki pandangan optimis yang semuanya itu menunjukkan
kematangan emosi.
Mari Kovacs menyatakan bahwa anak-anak mempelajari ketrampilan sosial dalam hubungannya
dengan teman sebaya mereka, misalnya apa yang harus dilakukan bila menghendaki sesuatu
dan tidak bisa memperolehnya, serta melihat bagaimana anak lain menangani situasi kemudian
mencobanya sendiri. Ditegaskan pula oleh Harry Stack Sullivan yaitu anak-anak belajar
menegosiasikan hubungan akrab, menyelesaikan perselisihan dan membagi perasaannya yang
paling dalam melalui persahabatannya dengan teman sesama jenis kelamin. Pendapat senada
juga diutarakan Goleman yaitu anak-anak akan mempertajam ketrampilan bergaul dan emosi
mereka di arena persahabatan dan hiruk-pikuk permainan bersama teman-teman sebayanya.
Dari penjelasan di atas maka penulis menyimpulkan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi
kematangan emosi, yaitu faktor bawaan, orangtua dan lingkungan.
6