Page 167 - a man called ove
P. 167

A Man Called Ove

            Ove. Dan ia, hanya memerlukan nomor rekening Ove untuk
            “membereskan transaksinya”.

                “Baca!” desak si gadis tiga tahun itu lagi sambil menaiki
            bangku dengan ketangkasan mengejutkan di ruang tunggu.
                Dengan enggan, Ove duduk kira-kira semeter jauhnya
            di bangku. Si gadis tiga tahun mendesah tidak sabar dan
            menghilang dari pandangan. Lalu kepalanya muncul
            kembali beberapa detik kemudian, di balik lengan Ove,
            dengan sepasang tangan memegangi lutut Ove dan hidung
            ditekankan pada gambar warni-warni di dalam buku.

                “Dahulu kala, ada kereta api kecil,” Ove membaca, dengan
            segenap antusiasme seseorang yang sedang membacakan
            laporan pajak.
                Lalu dia membalik halaman. Si gadis tiga tahun meng-
            hentikannya dan kembali ke halaman semula. Gadis tujuh
            tahun menggeleng-gelengkan kepala dengan lelah. “Kau
            juga harus menceritakan yang terjadi di halaman itu. Dan
            menirukan suara-suara,” katanya.
                Ove menatapnya. “Suara-suara siala—” Ove berdeham di
            tengah kalimat. “Suara-suara apa?” tanyanya membetulkan
            diri sendiri.

                “Suara-suara kisah dongeng,” jawab si gadis tujuh tahun.
                “Kau ngumpat,” kata si gadis tiga tahun dengan riang.
                “Tidak,” kata Ove.

                “Ya,” kata si gadis tiga tahun.
                “Kita tidak akan menirukan suara-suara siala— Kita tidak
            akan menirukan suara-suara!”



                                       162
   162   163   164   165   166   167   168   169   170   171   172