Page 169 - a man called ove
P. 169
A Man Called Ove
“Dan siapakah gadis cilik ini? Mungkin dia ingin melihat
trik sulap?” teriak si badut dengan ramah sambil berjalan
berdecit-decit menghampiri mereka seperti rusa mabuk,
dengan sepasang sepatu merah besar. Ove menegaskan
kepada diri sendiri, hanya orang yang benar-benar tak berguna
yang lebih suka mengenakan sepatu seperti itu dibanding
mencari pekerjaan layak.
Badut itu memandang Ove dengan riang. “Mungkin
Paman punya koin lima krona?”
“Tidak, mungkin Paman tidak punya,” jawab Ove.
Badut tampak terkejut. Dan itu bukanlah ekspresi yang
sebaiknya diperlihatkan seorang badut sukses.
“Tapi … dengar, ini trik sulap, kau punya koin, bukan?”
gumam si badut dengan suara lebih normal, yang sangat
kontras dengan karakternya dan mengungkapkan di balik
badut idiot ini bersembunyilah orang idiot biasa, yang
mungkin baru berusia dua puluh lima tahun.
“Ayolah, aku badut rumah sakit. Ini demi kepentingan
anak-anak. Akan kukembalikan.”
“Berikan saja koin lima krona,” kata si gadis tujuh tahun.
“BADOOOOT!” teriak si gadis tiga tahun.
Ove menunduk memandang si mungil yang cacat bahasa
itu dengan jengkel dan mengerutkan hidung.
“Baiklah,” katanya sambil mengeluarkan koin lima krona
dari dompet.
Lalu, dia menunjuk badut. “Tapi kembalikan. Segera.
Aku akan membayar parkir dengan uang itu.”
164