Page 170 - a man called ove
P. 170
Fredrik Backman
Badut mengangguk bersemangat dan menyambar uang
itu dari tangan Ove.
Beberapa menit kemudian, Parvaneh kembali berjalan
menyusuri koridor menuju ruang tunggu. Dia berhenti
dengan kebingungan, meneliti ruangan itu dari sisi ke sisi.
“Kau mencari putri-putrimu?” tanya seorang perawat
dengan nada tajam di belakangnya.
“Ya,” jawab Parvaneh kebingungan.
“Di sana,” kata perawat, dengan cara yang tidak begitu
ramah, sambil menunjuk bangku di samping pintu-pintu
kaca besar menuju area parkir.
Ove sedang duduk di sana, bersedekap, tampak sangat
marah.
Di salah satu sisinya, duduklah si gadis tujuh tahun,
yang mendongak menatap langit-langit dengan ekspresi
benar-benar bosan. Di sisi yang satu lagi, duduklah si
gadis tiga tahun, yang tampak seakan baru saja tahu akan
mendapat sarapan es krim setiap hari selama sebulan penuh.
Di kedua sisi bangku itu, berdirilah dua perwakilan petugas
keamanan rumah sakit yang bertubuh sangat besar, keduanya
menunjukkan ekspresi sangat menyeramkan.
“Ini anak-anakmu?” tanya salah seorang dari mereka.
Lelaki itu sama sekali tidak tampak seakan mendapat sarapan
es krim.
“Ya, apa yang mereka lakukan?” tanya Parvaneh, nyaris
ketakutan.
“Mereka tidak berbuat apa-apa,” jawab petugas keamanan
yang satu lagi, sambil menatap Ove dengan tajam.
165