Page 34 - Gempa Bumi dan Gunung Api Oleh Riana Fashya
P. 34
F. Mitigasi Bencana
Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana (Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun
2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana). Terdapat berbagai
macam bencana alam, diantaranya gempa bumi, tsunami, tanah longsor, banjir,
dan letusan gunung api. Ketika gunung api mengalami peningkatan aktivitas,
biasanya terjadi gempa bumi yang memicu letusan gunung api. Letusan
gunung berapi akan mengeluarkan material padatan berupa batuan dan mineral
dari dalam Bumi. Selain itu, letusan gunung berapi juga menghasilkan gas
beracun, yakni Hidrogen Sulfida (H₂S), Sulfur dioksida (SO₂), dan Nitrogen
dioksida (NO₂). Pada saat erupsi, gunung berapi akan menghasilkan awan
panas atau yang dikenal oleh masyarakat dengan nama “wedhus gembel”.
Awan panas merupakan hasil letusan seperti awan yang mengalir
bergulung. Awan panas terdiri atas batuan pijar, gas panas, serta material
lainnya. Awan panas memiliki suhu yang mencapai 700˚C. Awan panas ini
mengalir menuruni lereng gunung api dengan kecepatan mencapai 200 km/
jam. Di sekitar gunung berapi terdapat beberapa gejala yang biasa terjadi dalam
aktivitas vulkanismenya, gejala-gejala vulkanisme diantaranya adalah:
1) Fumarol: adalah uap air yang keluar dari rekahan-rekahan bumi.
Fumarol juga dapat diartikan sebagai mata air panas yang terdapat di
permukaan bumi.
2) Solfatar: adalah gas sulfur/belerang yang keluar dari dalam bumi.
Solfatar mudah dikenali karena baunya yang busuk seperti kentut dan
jika dalam tingkat konsentrasi tinggi dapat berbahaya bagi mahluk
hidup
3) Mofet: adalah gas asam arang (CO₂) yang keluar dari kawasan gunung
api. Gas ini sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kematian jika
dihirup manusia.
25 | G u n u n g A p i d a n G e m p a B u m i