Page 2 - 54-108-1-SM
P. 2
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611
Volume 3 Nomor 1 Halaman 242-248 April 2018 e-ISSN 2623-1980
tanah sulfat asam actual (ektrim asam) bila konsentrasi 17% sebanyak 10 ml/1000 ml air
mengalami drainase berlebihan. Reaksi gambut dengan kadar 1000 ppm pada bak
keseluruhan pembentukan pirit, dari besi-oksida elektrokoagulasi, efektif dalam pengolahan untuk
(Fe2O3) sebagai sumber Fe, digambarkan sebagai menurunkan warna dan kekeruhan pada air
berikut: gambut. Hasilnya menunjukkan prosentase
penurunan warna 91,79% (dari 94,295 PtCo
menjadi 7,746 PtCo), kekeruhan 98,68% (dari 72,43
NTU menjadi 0,953 NTU). Sementara Apriani et al.
Dalam suasana jenuh air atau anaerobic, (2013) memdapatkan konsentrasi kadar besi pada
adanya ion mono karbonat (HCO3 ) pH tanah air gambut adalah 2,6 mg/L. Jika dibandingkan
-
endapan adalah netral sampai agak alkalis, dengan persyaratan kualitas air minum Permenkes
sehingga kondisi pirit stabil dan tidak berbahaya. RI Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010, maka
Dalam suasana aerobic, pirit menjadi tidak stabil melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan 0,3
karena bereaksi dengan oksigen (udara bebas). mg/L. Menurut Arief (2005), secara umum tingkat
Reaksi oksidasi pirit dengan oksigen berjalan kesejahteraan masyarakat yang belum memiliki
lambat, dan dipercepat oleh adanya bakteri akses air bersih adalah buruk. Gejala ini paralel
Thiobacillus ferrooxidans. Seluruh reaksinya dengan jenis penyakit yang secara umum diindap
digambarkan sebagai berikut: masyarakat yang mengalami kesulitan air bersih
seperti diare, penyakit kulit, infeksi saluran
pernapasan bagian atas dan sebagainya.
Permasalahan yang terjadi pada daerah rawa
Hasil reaksi adalah dihasilkannya besi valensi diantaranya adalah: tingginya kandungan besi,
3 koloidal dan asam sulfat yang terlarut menjadi ion aluminium dan senyawa sulfida yang menyebabkan
sulfat dan melimpahnya ion H , yang air menjadi asam (Deptan, 2006).
+
mengakibatkan pH turun drastic dari awalnya netral Partikel koloid yang terdapat pada air gambut
– agak alkalis menjadi masam ekstrim (1,3 sampai dapat disisihkan dengan cara koagulasi-flokulasi
< 3,5). Apabila tanah memiliki cukup besar senyawa (Zemmouri et al., 2012). Proses koagulasi dilakukan
penetralisir seperti ion OH , kapur (CaCO3), basa- dengan penambahan bahan kimia sebagai
-
basa dapat tukar dan mineral silikat mudah koagulan dan dilakukan pengadukan cepat, untuk
melapuk, pH tidak sampai turun di bawah pH 4. membentuk flok yang dapat diendapkan. Pada
Adanya liat marin yang mengandung cukup mineral prinsipnya, penambahan koagulan berfungsi untuk
liat smektit yang jenuh basa juga ikut membuffer menetralkan muatan partikel dan memperkecil
penurunan pH (Langenhoff 1986). ketebalan lapisan difusi di sekitar partikel agar
Air gambut merupakan air permukaan dari mempermudah penggabungan partikel menjadi
tanah bergambut dengan ciri yang sangat mencolok agregat yang lebih besar dan secara teknis dapat
karena warnanya merah kecoklatan, mengandung diendapkan (Stumm & Morgan 1996). Menurut
zat organik tinggi serta zat besi yang cukup tinggi, Kemmer (2002), jartest merupakan metode standar
rasa asam pH 3-5 dan tingkat kesadahan rendah. yang dilakukan untuk menguji proses koagulasi.
Untuk pengolahan air gambut, proses yang Kombinasi dual coagulants dapat ditambahkan
digunakan sangat tergantung pada kondisi kualitas pada pengolahan air baik secara terpisah atau
air bakunya serta tingkat kualitas air olahan yang dalam bentuk campuran (Kuusik & Viisima 1998).
diinginkan agar dapat dipakai memenuhi kebutuhan Sementara Bo et al. (2011) menyatakan bahwa
sehari-hari. Pengolahan air gambut dirancang efisiensi koagulasi akan meningkat secara signifikan
menyesuaikan dengan kondisi pedesaan dan dengan menggunakan kombinasi dua bahan
tingkat pendidikan masyarakatnya. Alat pengolah air koagulan. Muatan hasil hidrolisis dan endapan
gambut ini harus murah (bahan baku dan hirdroksida keduanya dapat dikontrol dengan pH
penunjang tersedia), mudah pengerjaannya serta (Zonoozi et al. (2008). Dikatakan Chang et al.
hasil olahan yang memenuhi baku mutu air bersih (2005) bahwa adanya koagulan pembantu seperti
maupun air minum. Dalam mengatasi hal ini ada kapur dapat mengoptimalkan proses koagulasi dan
beberapa cara dan peralatan sederhana sistem mengurangi konsumsi koagulan utama. Penelitian
batch ataupun kontinyu yang digunakan untuk Dihang et al. (2007) menyatakan bahwa uji jartest
mengolah air gambut yang bersifat asam, berwarna digunakan untuk mengetahui kinerja koagulasi-
coklat, dan juga kandungan besinya tinggi (Said, flokulasi secara simulasi di laboratorium dan
2010). Susilawati (2010) menggunakan tawas mengetahui tingkat kekeruhan sampel air yang
© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
243