Page 152 - Legenda dari Papua Barat Daya
P. 152
Sampai di puncak Bukit Malasubu,
Awailas membuat para-para di atas pohon
yang cukup tinggi. Lalu ia menyiapkan piring
dan menumbuk akar tuba, sejenis akar
tumbuhan beracun, hingga airnya keluar.
Sambil menumbuk, ia
menyenandungkan lagu sedih yang
mengungkapkan perasaan hatinya.
“Tuk… tuk… tuk…“ suara batu beradu
dengan piring Awailas, menjadi musik
pengiring lagu yang dinyanyikannya.
Setelah mendapatkan air tuba cukup
banyak, perlahan-lahan Awailas meminum
cairan beracun itu. Ia menikmati minuman
pahit perasan air tuba sambil membayangkan
wajah Bulukfun dan Leweifun.
144 145