Page 236 - Legenda dari Papua Barat Daya
P. 236

“Tolong...  tolong...”  teriak  Namdwiet

            keras sambil mempererat gendongan anaknya.

            Tetapi  hutan  itu  sunyi,  hanya  suara  guntur

            dan  hujan  yang  semakin  lebat.  Tak  seorang

            pun yang melewati hutan hari itu.


                    Akhinya banjir bandang menghanyutkan

            Namdwiet  dan  anaknya,  hingga  ke  bagian

            sungai  yang  paling  dalam.  Mereka  berdua

            kemudian  menjadi  patung  batu  di  dasar

            kali  Kampung  Soroan.  Karena  mata  air  Kali

            Soroan  berasal  dari  adat  yang  dilanggar,

            yakni pamali berniat membagi avatar kepada

            kaum perempuan, orang Soroan menamakan

            mata air itu Sekmas, yang artinya pamali.



                    Sekmas  Kali  Soroan  terus  mengalir

            ke  muara  dan  melewati  sebuah  kampung

            bernama Sawiat, di Sorong bagian selatan.




                                        228                                                                                 229
   231   232   233   234   235   236   237   238   239   240   241