Page 4 - UKB 5-04 FLIP BOOK
P. 4

BIN 5-04

           5)  Banyak menggunakan konjungsi temporal. Konjungsi yang dimaksud antara lain, seperti, kemudian,
               lalu, setelah.
               Contoh:
                  Pangeran Hadiwijoyo dinobatkan sebagai Raja Pajang oleh Sunan Giri. Salah seorang

                  menantunya, yaitu Ki Gede Pamanahan dihadiahi daerah Mataram. Daerah Mataram
                  pun kemudian berkembang dengan pesat.

           6)  Banyak menggunakan konjungsi kausalitas, seperti karena, sebab, karena itu, oleh karena itu.
               Contoh:

                  Kerajaan Mataram pun menghormatinya karena di kerajaan Islam itu berperan pula
                 seorang wali, yakni Syeikh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati.


               TUGAS 1
               1.  Amatilah kedua teks di bawah ini

                 Teks 1

                                           Perang Banten Menghadapi Belanda
                      Banten merupakan bandar pertama yang didatangi Belanda pada tahun 1596. Ketika itu,

                 Banten telah tumbuh menjadi bandar internasional yang sangat ramai. Jatuhnya Malaka ke

                 tangan Portugis menyebabkan pedagang-pedagang menyingkir ke Aceh dan Banten.
                      Sejak kedatangan Belanda ke daerah itu, rakyat Banten telah mencurigai dan

                 menolaknya. Akan tetapi, kemudian, mereka diterima baik setelah pimpinan rombongan,

                 Cornelis de Houtman dan Pieter Keyser, menjelaskan bahwa kedatangan mereka untuk

                    berdagang. Namun, dalam kenyataannya orang-orang Belanda bersikap kasar dan
                    menimbulkan aneka keonaran. Akibatnya, beberapa orang Belanda termasuk de Houtman

                 ditangkap. Setelah memberi tebusan untuk membebaskan teman-temannya yang disekap

                 penguasa Banten, Belanda kembali meninggalkan Bannten tanpa membawa apa-apa.
                      Pada tahun 1598, Belanda datang lagi dipimpin oleh van Neck dan Warwijk. Belanda

                 kemudian mengepung Banten. Pada tahun 1659, Sultan Ageng Tirtayasa terpaksa

                 menandatangani perjanjian damai dengan Kompeni. Namun, pada tahun-tahun berikutnya,

                    Sultan Ageng tetap melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan ekonominya. Usaha tersebut
                    cukup berhasil. Hal ini terbukti dengan adanya loji-loji Inggris dan Prancis di bandarnya.

                 Akhirnya, Banten kembali menjadi saingan berat bagi Kompeni yang waktu itu sudah

                 bermarkas di Batavia.

                      Pada masa Kerajaan Banten, meriam Ki Amuk dipergunakan sebagai senjata perang.
                 Sayangnya, di pihak intern Kerajaan Banten itu sendiri, terjadi perpecahan: Sultan Ageng

                    dengan puteranya yang kemudian terkenal dengan sebutan Sultan Haji. Sultan Haji
                    mengadakan hubungan gelap dengan Belanda untuk melawan ayahnya. Pada tahun 1680, ia

                 berhasil merebut kekuasaan ayahnya. Tindakannya itu tidak menyenangkan sebagian besar

                 tokoh-tokoh kerajaan. Pada akhirnya, pecahlah perang terbuka antara ayah dan anak. Kompeni

                 ikut campur. Dengan bantuan Belanda, pada tahun 1683, Sultan Haji berhasil mengalahkan dan

                 menawan ayahnya.  Pada tahun 1684, Sultan Haji menandatangani perjanjian dengan Belanda

                 yang isinya menyatakan bahwa Banten takluk kepada Kompeni.
   1   2   3   4   5   6   7   8   9