Page 5 - Sinergitas Dalam Hilirisasi Riset Obat, Obat Tradisional, dan Pangan Untuk Percepatan Perizinan
P. 5
Judul : Inovasi Produk dalam Negeri Tekan Ketergantungan terhadap
Produk Impor
Nama Media : transonlinewatch.com
Tanggal : 10 Desember 2019
Halaman/URL: https://www.transonlinewatch.com/inovasi-produk-dalam-negeri-
tekan-ketergantungan-terhadap-produk-impor/
Tipe Media : Online
Pemerintah terus mendorong
sinergisitas peran lintas sektor untuk
berinovasi menghasilkan produk obat
dan obat tradisional demi menekan
ketergantungan terhadap produk
impor.
Untuk memperkuat hal itu,
pemerintah telah membentuk Satuan
Tugas (Satgas) Percepatan
Pengembangan dan Pemanfaatan
Produk Biologi dan Fitofarmaka.
Satgas ini melibatkan akademi, pelaku usaha, dan pemerintah. Fungsinya adalah
untuk menjembatani hasil riset dan kebutuhan pasar.
Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM) Penny Kusumastuti
Lukito mengatakan, Satgas itu dibentuk melalui Surat Keputusan Menko
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan dan didasari pada Instruksi Presiden
(Inpres) No. 6 tahun 2016.
Sebagai tindak lanjut dari terbentuknya Satgas, lanjut Penny, telah dilakukan
pendampingan, asistensi dan konsultasi kepada peneliti dari kalangan akademisi dan
industri farmasi agar memenuhi standar dan persyaratan di setiap tahapan penelitian
hingga siap untuk hilirisasi dan mendapatkan izin edar.
Salah satu produk yang sudah berhasil dilakukan pendampingan dalam hilirisasi yaitu
Stem Cell produksi Lembaga Penelitian Universitas Airlangga Surabaya dan Albumin
yang berasal dari ikan gabus yang dikembangkan oleh Universitas Hasanudin
Makassar bersama PT Royal Medika.
Selain itu, produk biologi yang sedang dikembangkan adalah enoxaparin bersumber
domba, trastuzumab, dan sejumlah vaksin antara lain MR, Hepatitis B, Tifoid,
Rotavirus, Polio. Sedangkan untuk produk fitofarmaka antara lain ekstrak seledri,
binahong, daun kelor, daun gambir dan bajakah.
Sementara itu, untuk mewujudkan kemandirian produk darah dilakukan
pengembangan industri fraksionasi plasma. Langkah awal untuk penyediaan bahan
baku plasma adalah dengan melakukan pendampingan dan percepatan sertifikasi
Cara Produksi Obat yang Baik (CPOB) Unit Transfusi Darah (UTD) Palang Merah
Indonesia (PMI).