Page 53 - Kunjungan Kerja ke Timur Tengah
P. 53
Untuk itu, Badan POM melakukan langkah-langkah konkret terkait implementasi
Deklarasi Jakarta dan Rencana Aksi hasil pertemuan tersebut.
Badan POM dan SFDA sepakat untuk mendukung kesinambungan forum penting ini
sehingga dapat mewujudkan tujuan kemandirian suplai obat dan vaksin serta
peningkatan akses dan ketersediaan obat dan vaksin yang aman, berkhasiat,
berkualitas, dan terjangkau bagi masyarakat di negara anggota OKI.
Selain berdiskusi mengenai tindak lanjut hasil pertemuan pertama otoritas obat
negara anggota OKI, SFDA dan Badan POM juga bertukar informasi mengenai sistem
pengawasan obat dan makanan di Arab Saudi dan Indonesia.
Di bidang pangan, setidaknya ada empat isu strategis yang menjadi bahan diskusi,
antara lain Sertifikasi Halal produk pangan, kolaborasi dan kerja sama Risk
Assessment in Food, Kebijakan Sistem Pengawasan Keamanan Pangan, dan
Program Healthy Food antara lain pengaturan label gizi termasuk gula, garam, lemak,
dan transfat, yang terkait dengan penyakit tidak menular.
“Badan POM mengajak SFDA untuk menguatkan komitmen kerja sama yang sudah
berjalan, termasuk untuk mendorong perdagangan kedua negara,” ujar Penny.
SFDA secara khusus menyampaikan apresiasi dan keinginannya untuk belajar dari
Badan POM yang telah memenuhi standar internasional bidang obat, dimana dari
hasil penilaian WHO Benchmarking, Badan POM RI telah memperoleh tingkat
maturitas yang tinggi (maturity level 3 dan 4) dalam melaksanakan fungsi regulatori
vaksin.
Dengan pengawalan Badan POM, beberapa industri farmasi Indonesia mendapatkan
status Pre-Qualification WHO (PQ-WHO) untuk produk obat dan vaksin sehingga lebih
mudah menembus pasar global.
Selain itu pencapaian Badan POM menjadi anggota Pharmaceutical Inspection Co-
operation Scheme (PIC/s) sejak tahun 2012 juga diapresiasi oleh CEO SFDA. Hal ini
menjadi salah satu poin penting kerja sama pendampingan Badan POM dalam upaya
SFDA bergabung dalam PIC/s
Prof. Hisham bin Saad Al-Jadhey sangat berterima kasih dengan diselenggarakannya
pertemuan bilateral ini. “Kami sangat menghargai Badan POM yang mau berbagi
informasi dan pengalaman tentang sistem pengawasan obat dan makanan di
Indonesia,” tuturnya.
Ia mengaku, pandangan negaranya tentang Indonesia dan Badan POM kini berubah.
“Begitu banyak pencapaian yang telah diraih Badan POM sehingga kami perlu banyak
belajar dari Badan POM, baik secara substansi teknis maupun pengembangan
organisasi yang berkualitas dan mandiri,” lanjut Prof. Hisham.
Penny K. Lukito mengutarakan hal senada. “Kami bersemangat untuk bergerak maju
bersama SFDA, terutama untuk mewujudkan kemandirian otoritas obat negara
anggota OKI. SFDA dan Badan POM sepakat untuk memulai program pengembangan
kapasitas untuk otoritas obat negara-negara OKI pada beberapa topik substansi
pengawasan,” ujarnya.