Page 11 - Dukungan Badan POM terhadap kiprah 17 tahun Obat Modern Asli Indonesia
P. 11

"Pandemi  ini  jadi  momentum  meningkatkan  konsumsi  OMAI.  Namun  untuk
               mendapatkan kepercayaan masyarakat itu butuh waktu, sehingga kami berpikir perlu
               regulasi yang sifatnya memaksa," katanya.

               Menurut  Arianti,  saat  ini  instansinya  tengah  menyusun  formularium  khusus  OMAI.
               Sehingga nantinya obat-obatan herbal buatan dalam negeri bisa masuk dalam daftar
               obat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang bisa diberikan kepada pasien peserta
               BPJS Kesehatan.

               "Rencananya  OMAI  fitofarmaka  yang  sudah  mendapat  izin  edar  dari  Badan  POM
               akan masuk formularium, karena kan sudah pasti aman ya," jelasnya.

               Reri  Indriani,  Deputi  Bidang  Pengawasan  Obat  Tradisional,  Suplemen  Kesehatan,
               dan  Kosmetik  Badan  POM  mengungkapkan  sejak  Covid-19  mulai  menyebar  di
               Indonesia  tahun  lalu,  permintaan  OMAI  fitofarmaka  imunomodulator  meningkat
               signifikan. Hal tersebut didorong oleh keinginan masyarakat untuk meningkatkan daya
               tahan tubuhnya terhadap serangan penyakit.

               Tingginya permintaan suplemen imunitas tubuh, tak pelak membuat banyak produsen
               obat-obatan herbal mengajukan  berkas  permohonan  izin  untuk mengedarkan  obat
               buatannya.

               "Ada peningkatan pengajuan berkas 35-40% untuk OMAI ini selama pandemi. Tugas
               Badan POM adalah mengawalnya mulai dari uji pra klinis, uji klinis dan memastikan
               semua proses produksinya memenuhi standar yang berlaku. Namun, kami kemudian
               membuat kebijakan relaksasi untuk mempercepat waktu perizinannya sehingga bisa
               cepat diproduksi dan dikonsumsi masyarakat," kata Reri.

               Dari  26  OMAI  fitofarmaka  yang  sudah  mendapatkan  izin  edar  dari  Badan  POM,
               Stimuno buatan PT Dexa Medica adalah salah satu diantaranya.

               Stimuno  bahkan  menjadi  salah  satu  dari  lima  fitofarmaka  yang  pertama  kali
               mendapatkan izin edar dari Badan POM sejak 2004 atau 17 tahun yang lalu.

               "Saya ingat betul Dexa mulai mengembangkan Stimuno dari tahun 1998. Waktu itu
               kami  bekerja  sama  dengan  salah  satu  peneliti  dari  Universitas  Airlangga  yang
               disertasinya  membahas  tentang  pemanfaatan  daun  Meniran,"  kata  Direktur
               Pengembangan Bisnis dan Saintifik Dexa Medica Raymond Tjandrawinata.

               Setelah merasa menemukan formula obat herbal yang tepat berbahan baku Meniran,
               pada  tahun  2000  awal  Dexa  melakukan  penelitian  khasiat  obat  tersebut  di  16
               laboratorium yang tersebar di berbagai universitas di Indonesia.
               "Lalu  Badan  POM  melihat  komitmen  kami  melakukan  uji  klinik  Stimuno  itu  dan
               memberikan sertifikat fitofarmaka pertama kepada kami di 2004 bersama empat obat
               lainnya. Jadi sekarang tepat 17 tahun fitofarmaka diakui khasiatnya di Indonesia," kata
               Raymond.

               Kini, Stimuno tidak hanya dipasarkan Dexa di dalam negeri namun juga ke beberapa
               negara.  Dari  hasil  uji  klinik  yang  dilakukan  di  beberapa  negara,  Stimuno  aman
               digunakan untuk pencegahan masuknya virus.
   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16