Page 29 - Konpers Kosmetik Ilegal-PIK
P. 29
Adapun barang bukti yang diamankan merupakan bahan baku berupa bahan kimia obat, seperti
Hidroquinon, Asam Retinoat, Deksametason, Mometason Furoat, Asam Salisilat, Fluocinolone,
Metronidazol, Ketokonazol, Betametason, dan Asam Traneksamat senilai Rp 4,3 miliar.
Lalu, bahan kemas berupa pot dan botol kosong untuk produk kosmetika senilai Rp 164 juta; produk
berupa lotion senilai Rp 1,2 miliar; serta produk jadi berupa lotion malam dan berbagai macam krim
tanpa merek senilai Rp 1,4 miliar.
Selain itu, diamankan pula beberapa alat produksi berupa mesin mixing, mesin filling, mesin coding,
mesin packaging, timbangan, dan alat produksi lainnya senilai Rp 451 juta.
Kemudian, kendaraan minibus senilai Rp 198 juta, serta alat elektronik senilai Rp 31 juta berupa
handphone, laptop, CPU, dan flashdisk.
"Semua barang bukti tersebut telah disita dan saat ini, BPOM masih melakukan pemeriksaan terhadap 9
saksi karyawan dan satu orang ahli," tutur Penny.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, terdapat satu orang diduga pelaku berinisial SJT yang merupakan
pemilik usaha.
Praktik produksi ini diduga sudah dilakukan pelaku sejak tahun 2020 di lokasi lain, yaitu di daerah
Jakarta Barat. Sedangkan kegiatan produksi pada lokasi ini diduga dilakukan sejak bulan September
2022.
Penny bilang, peredaran kosmetika ilegal ini cukup luas. Peredarannya meluas di Pulau Jawa, meliputi
wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Selanjutnya, Denpasar Bali, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, dan Lampung.
“Produk kosmetika ilegal ini sangat berbahaya. Selain produk yang tidak memenuhi standar dan/atau
persyaratan keamanan, kemanfaatan, dan mutu, kita juga melihat pada sarana ini tidak menerapkan Cara
Pembuatan Kosmetika yang Baik (CPKB), terutama aspek higiene sanitasi sarana sangat kurang,”
jelasnya.