Page 22 - BPOM bersama Bea Cukai Menindak Eksportir OT Ilegal
P. 22
"Dan ada empat jenis komoditi obat ilegal diantaranya seperti Montalin, Tawon Liar, Gingseng Kianpi
Pil dan Samyunwan hasil produksi dalam negeri," tuturnya.
Hasil pencegahan itu, kemudian Bea Cukai telah berkoordinasi dengan BPOM untuk menindaklanjuti
sesuai dengan proses hukum yang berlaku dan setelah itu barang bukti obat tanpa izin edar tersebut
diserahkan dan kini sudah diamankan di BPOM RI.
Kemudian, ia menambahkan, pihaknya akan terus aktif dalam mengidentifikasi adanya peredaran barang
ilegal dan diimbau masyarakat untuk dapat melaporkan kepada Kantor Bea Cukai apabila menemukan
adanya indikasi peredaran barang ilegal dan berbahaya di sekitarnya.
"Kami akan secara konsisten untuk mengawasi pemasukan impor obat-obatan ilegal melalui importasi
barang kiriman, barang penumpang demi melindungi masyarakat," ungkapnya.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Penny K Lukito mengungkapkan obat ilegal tersebut
diketahui dari CV Panca Andri Perkasa yang beralamat di Neglasari, Kota Tangerang, Banten.
Produk obat tradisional mengandung bahan kimia obat dengan berat keseluruhan sebanyak empat ton
lebih dengan rincian 200 Karton, 100 Pcs, Tawon Liar sebanyak 50 Karton, 200 Pcs, Gingseng Kianpi
Pil sebanyak 30 Karton, 48 Pcs, dan Samyunwan sebanyak 150 Karton, 30 Pcs.
Produk ini diklaim sebagai nutrition suplement dengan tujuan ekspor Uzbekistan dan akan digunakan
sebagai pereda nyeri, pegal linu, dan penggemuk badan. Pelaku diketahui telah berulang kali melakukan
pengiriman ke luar negeri dengan modus menggunakan nomor izin edar dan HS code fiktif produk yang
terdaftar," ujarnya.
Ia mengungkapkan, dalam menindaklanjuti temuan tersebut, pada 2 Agustus 2023, BPOM melakukan
operasi penindakan sebagai pengembangan kasus ke sarana lainnya yaitu ruko JNE, ruko samping
ekspedisi di Depok, dan JNT Serpong.
Pada penindakan tersebut ditemukan produk Montalin (1.140.000 kapsul), Ginseng Kianpi Hijau
(884.280 kapsul), Ginseng Kianpi Gold (196.440 kapsul), Samyunwan (432.000 kapsul), dan Tawon
Liar (872.000 kapsul) sehingga total keseluruhan barang bukti sebanyak 3.524.810 kapsul dengan nilai
ekonomi Rp14,1 miliar.
Atas temuan kasus tersebut, pihaknya menyangkakan tersangka berdasarkan Pasal 196 Jo. Pasal 98 ayat
(2) dan ayat (3) Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pelaku pelanggaran ini
terancam pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1 miliar.
Sedangkan terhadap kegiatan memproduksi dan/atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat
kesehatan yang tidak memiliki perizinan berusaha atau nomor izin edar, terancam pidana penjara paling
lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp1.5 miliar.