Page 45 - Update e-book Whole language FIX_Neat
P. 45

MENULIS



    Berikut ini merupakan contoh Teks informatif.







        TEKS 1                         Apa Itu Tradisi Bakar Batu di Papua?
                                                 (Rachmawati, 2021)













       Bakar batu sebagai media masyarakat Papua untuk bersilahturahmi. Sekarang dalam pesta
       bakar  batu,  mereka  tak  melulu  bakar  babi,  tapi  juga  bakar  ayam.  Hal  ini  sebagai  bukti

       toleransi  mereka  terhadap  masyarakat  lain.  Dulu  dalam  sejarahnya  bakar  batu  bagi

       masyarakat  pegunungan  tengah  Papua,  adalah  pesta  daging  babi.  Namun  sekarang  di

       sejumlah tempat, pesta bakar batu sudah tidak lagi hanya daging babi, juga menyediakan

       daging ayam yang akan disuguhkan untuk mereka yang tidak bisa makan babi.

       Ketika  batu-batu  sudah  membara  di  atas  kayu  yang  dibakar,  batu  dimasukkan  ke  dalam

       lubang sedalam kurang lebih 50 cm yang sudah disiapkan dengan alas rumput. Di atas batu

       kembali dimasukkan rumput atau sayuran, menyusul daging, betatas, hipere (ubi), pisang

       juga dimasukkan ke dalamnya. Jika semua sudah masuk, bebagai makanan tersebut ditutup
       kembali  dengan  sayuran  dan  rumput.  Untuk  mengikatnya,  mereka  menaruh  batu-batu  di

       atas tumpukan tesebut. Sambil menunggu daging matang, di situlah bupati dan para pejabat

       memberikan pidato dan imbauan

       Bakar batu merupakan tradisi suku Dani di Pegunungan Tengah Papua. Atau di suku Lani

       disebut  lago  lakwi.  Di  Wamena,  bakar  batu  lebih  dikenal  dengan  sebutan  kit  oba  isago,

       sedangkan di Paniai disebut dengan mogo gapil. Sementara itu di masyarakat Papua pantai,

       acara  ini  dikenal  dengan  istilah  barapen.  Dalam  tradisi  bakar  batu  terdapat  makna

       mendalam, yakni sebagai ungkapan syukur pada Tuhan dan simbol solidaritas yang kuat.

       Bakar  batu  merupakan  ritual  memasak  bersama  yang  bertujuan  untuk  mewujudkan  rasa

       syukur kepada sang pemberi kehidupan.                                             (Sumber: kompas.com)




                                                                                                               37
   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50