Page 12 - e-MODUL SEJ INDO KLS XI GENAP 2021-dikonversi_Neat
P. 12
Dr. H. J. Van Mook. Setelah itu pada tanggal 29 September 1945 tibalah pasukan SEAC di
Tanjung Priok, Jakarta di bawah pimpinan Letjend Sir Philip Chistison. Pasukan ini bernaung
di bawah bendera AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies). Pasukan AFNEI terbagi
menjadi 3 divisi yaitu :
1. Divisi India ke-23, di pimpin oleh Mayor Jendral D.C. Hawthorn bertugas di Jawa Barat
2. Divisi India ke-5, di pimpin oleh Mayor J E.C Marsergh bertugas di Jawa Timur
3. Divisi India ke-26, di pimpin oleh Mayor Jendral H.M. Chambers bertugas di Sumatra
Pasukan AFNEI di pusatkan di Barat Indonesia terutama wilayah Sumatera dan Jawa,
sedangkan daerah Indonesia lainnya, terutama wilayah Timur diserahkan kepada angkatan
perang Australia. AFNEI diserahi beberapa tugas menerima penyerahan kekuasaan dari tangan
Indonesia.
Kedatangan sekutu ke Indonesia semula mendapatkan sambutan hangat dari rakyat Indonesia,
seperti kedatangan Jepang dulu. Akan tetapi setelah diketahui mereka datang disertai orang-
orang NICA (Netherlands Indies Civil Administration), sikap rakyat Indonesia berubah
menjadi penuh kecurigaan dan bahkan akhirnya bermusuhan. Bangsa Indonesia mengetahui
bahwa NICA berniat menegakkan kembali kekuasaannya. Situasi berubah memburuk tatkala
NICA mempersenjatai kembali bekas anggota KNIL (Koninklijk Nederlands Indies
Leger). Satuan – satuan KNIL yang telah dibebaskan Jepang kemudian bergabung dengan
tentara NICA. Diberbagai daerah, NICA dan KNIL yang didukung Inggris/Sekutu
melancarkan provokasi dan melakukan teror terhadap para pemimpin nasional.
Untuk meredakan ketegangan tersebut, pada tanggal 1 Oktober 1945 panglima AFNEI
menyatakan pemberlakuan pemerintahan Republik Indonesia yang ada di daerah – daerah
sebagai kekuasaan de facto. Kerena pernyataan tersebut pemerintah RI menerima pasukan
AFNEI dengan tangan terbuka, bahkan pemerintah RI memerintahkan pejabat daerah untuk
membantu tugas – tugas AFNEI.
Pada kenyataannya kedatangan pihak sekutu selalu menimbulkan insiden di beberapa daerah.
Tentara sekutu sering menunjukkan sikap tidak menghormati kedaulatan bangsa Indonesia.
Lebih dari itu, tampak jelas bahwa NICA ingin mengambil alih kembali kekuasaan di
Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa AFNEI telah menyimpang dari misi awalnya.
Kenyataan tersebut memicu pertempuran di beberapa daerah
seperti Surabaya, Bandung, Medan, Ambarawa, Manado, dan Bali.