Page 59 - Modul Bahasa Indonesia untuk Jurnalistik Dasar
P. 59
Penyusunan Asesmen Bahasa: Tantangan Lintas Bahasa di LTC
Oleh Wendy Rahmad B. (Instruktur LTC)
Language Training Center (LTC) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
(UMY) kembali menyelenggarakan workshop bertema "Penyusunan Asesmen Bahasa:
Tantangan Lintas Bahasa" yang dibawakan oleh Bp. Jaka Priyana, M.A., Ph.D., seorang
pakar asesmen pendidikan. Dalam survei yang dilakukan LTC, 85% peserta Data atau fakta
menyatakan bahwa tantangan utama dalam asesmen lintas bahasa adalah perbedaan
struktur bahasa dan budaya. Tantangan ini umum terjadi untuk semua bahasa yang
diajarkan di LTC, muulai dari bahasa Inggris, Jepang, Arab, Mandarin, dan bahasa
Indonesia. Jaka Priyana, M.A., Ph.D. menyatakan bahwa dalam penyusunan asesmen Kutipan ahli
bahasa, tidak hanya perlu mempertimbangkan kemampuan linguistik, tetapi juga
konteks budaya dan sosial yang melingkupi setiap bahasa.
Ilustrasi/contoh
Sebagai contoh, Jaka Priyana memberikan ilustrasi mengenai perbedaan
antara penilaian kemampuan menulis dalam bahasa Inggris dan bahasa Jepang. Dalam
bahasa Inggris, penilaian sering kali menekankan keterampilan berpikir kritis dan
ekspresi individu, sementara dalam bahasa Jepang, aspek keharmonisan dan
kesopanan bahasa menjadi kunci utama dalam asesmen. Analogi yang digunakan oleh
Analogi
Bp. Jaka Priyana adalah bahwa asesmen bahasa seperti menyusun resep masakan dari
berbagai negara: setiap bahasa memiliki 'bumbu' dan 'rasa' yang berbeda, sehingga
pendekatannya pun harus disesuaikan. Penyesuain ini bertujuan untuk memberikan
format yang sesuaik dan tetap relevan dilaksanakan. Saya pribadi pernah mengalami
Pengalaman
kesulitan dalam menilai keterampilan berbicara mahasiswa asing, terutama ketika
pribadi
perbedaan budaya sangat mempengaruhi cara mereka berkomunikasi, tetapi setelah
mengikuti workshop ini, saya lebih paham bahwa asesmen harus menyesuaikan
konteks bahasa yang diajarkan.
Dalam sejarahnya, asesmen bahasa selalu menjadi topik hangat di dunia Referensi sejarah
pendidikan, terutama setelah munculnya teori "komunikatif" dalam pengajaran
bahasa. Teori ini menekankan bahwa kemampuan berbahasa tidak hanya diukur dari
tata bahasa atau kosakata, tetapi juga dari bagaimana siswa bisa menggunakan
bahasa dalam situasi nyata. Data juga menunjukkan bahwa sejak LTC menggunakan
pendekatan asesmen ini, hasil pembelajaran bahasa mahasiswa mengalami
peningkatan yang signifikan sebesar 20%. Dengan demikian, tantangan lintas bahasa
sebenarnya bukan hambatan, melainkan peluang untuk menghasilkan asesmen yang
lebih efektif dan inklusif. (WRB)
Bahasa Indonesia Jurnalistik
49