Page 37 - Lisa utami
P. 37

BUKU MODEL ADISI         34






                                                           BAB III
                                           KARAKTERISTIK DAN KOMPONEN
                                             MODEL PEMBELAJARAN ADISI



                        A. Karakteristik Model Pembelajaran ADISI
                               Model  pembelajaran  ADISI  (Argument-Driven  Inquiry  berbasis

                        Socioscientific  Issues  dan  Indigenous  Science)  dirancang  untuk  menjawab
                        tantangan  pembelajaran  sains  yang  kontekstual,  bermakna,  dan  relevan  dengan

                        kehidupan  peserta  didik.  Model  ini  menggabungkan  pendekatan  penyelidikan

                        ilmiah  berbasis  argumen  dengan  socioscientific  issues  yang  aktual  serta
                        indigeneous science sebagai konteks pembelajaran. Melalui pendekatan ini, peserta

                        didik  diajak  untuk  membangun  pemahaman  konsep  sains  secara  aktif,
                        mengaitkannya dengan permasalahan sosial dan nilai-nilai budaya di sekitarnya,

                        serta mengembangkan keterampilan argumentasi dan argumentation self efficacy.
                               Karakteristik utama model ADISI terletak pada integrasi tiga komponen

                        penting: proses argumentasi, SSI, dan indigeneous science. Model ini mendorong

                        peserta  didik  untuk  melakukan  investigasi,  menyusun  dan  merevisi  argumen
                        berdasarkan bukti, serta berdiskusi secara kolaboratif. Peran dosen bertransformasi

                        menjadi  fasilitator  yang  mendukung  proses  konstruksi  pengetahuan  melalui
                        bimbingan,  pemantik,  dan  umpan  balik.  Pengintegrasian  kearifan  lokal  dalam

                        model ADISI tidak hanya memperkuat pemahaman peserta didik terhadap konsep-

                        konsep ilmiah dan isu-isu lingkungan, tetapi juga memberikan ruang  yang luas
                        untuk menumbuhkan kesadaran budaya yang mendalam.

                               Budaya  lokal  Riau,  yang  terwujud  dalam  bentuk  tradisi  seperti  “Lubuk
                        Larangan”, “Hutan Adat Imbo Ayo”, dan “Buka Rantau Larangan”, mengandung

                        nilai-nilai luhur yang mencerminkan hubungan harmonis antara manusia dan alam.

                        Ketika tradisi ini dijadikan sebagai landasan dalam pembelajaran, peserta didik
                        tidak hanya mempelajari bagaimana masyarakat menjaga kelestarian lingkungan

                        secara  turun-temurun,  tetapi  juga  mulai  mengenali  bahwa  budaya  merupakan
                        sumber  pengetahuan  yang  sah  dan  kaya  akan  kebijaksanaan  ekologis.  Hal  ini

                        mematahkan  anggapan  bahwa  ilmu  pengetahuan  hanya  bersumber  dari  dunia






                                                                                             LISA UTAMI
   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42