Page 56 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 56

Atas                                                                                                                                                                                                                                  Todong Sutan
                          Todong Sutan                                                                                                                                                                                                                          Gunung Mulia
                          Gunung Mulia yang                                                                                                                                                                                                                     bersama rekan-
                          disisi kirinya adalah                                                                                                                                                                                                                 rekannya di depan
                          Hendrik Kreamer                                                                                                                                                                                                                       Gereja Immanuel
                          (Sumber: Istimewa).                                                                                                                                                                                                                   (Sumber: Istimewa)

                          Tengah
                          Todong Sutan
                          Gunung Mulia
                          Ketika menjadi
                          guru Hollandsche
                          Indiesche School
                          (HIS) di Kotanopa,
                          Manddailing,
                          Sumatera Utara
                          (Sumber: Istimewa)

                          Bawah
                          Pengangkatan
                          Todong Sutan
                          Gunung Mulia
                          menjadi Menteri
                          Pengajaran oleh
                          Presiden Soekarno
                          (Sumber: Istimewa)


                                                                                                                                                                  untuk kemudian disebarluaskan ke seluruh wilayah di Hindia Belanda. Pada tahun 1932 Mulia terlibat

                                                                                                                                                                  dalam konferensi pemuda Kristen Batak di Padalarang. Konferensi tersebut menghasilkan wadah bagi
                                                                                                                                                                  para pemuda Batak yang dikenal dengan Naposobulung Kristen Batak (NKB).
                                                                                                                                                                  Sesudah kemerdekaan Indonesia, Mulia melanjutkan karier politiknya. Pada tanggal 10 November
                                                                                                                                                                  1945 ia bersama para tokoh Kristen mendirikan Partai Kristen Indonesia (Parkindo). Hanya berselang
                                                                                                                                                                  empat  hari setelah  pembentukan  Parkindo  ia  ditunjuk  oleh  Presiden  Soekarno  menggantikan
                                                                                                                                                                  Ki Hadjar Dewantara sebagai Menteri Pengajaran. Saat itu kondisi pendidikan di Indonesia kacau
                                                                                                                                                                  karena perbedaan sistem pendidikan yang digunakan di Hindia Belanda dan yang diterapkan oleh Jepang
                                                                                                                                                                  selama masa pendudukan. Pemerintah Hindia Belanda memfokuskan pendidikan agar “bisa dinikmati”
                                                                                                                                                                  secara luas sesuai dengan Politik Etis, walaupun pada praktiknya pendidikan diberikan dengan tujuan
                                                                                                                                                                  mencetak ambtenar ‘tenaga pemerintahan’ untuk kepentingan Pemerintah Kolonial Belanda. Berbeda
                                                                                                                                                                  halnya dengan Jepang. Sesuai dengan Osamu Sirei No. 1 dan maklumat lain tentang penyelenggaraan
                                                                                                                                                                  pendidikan Jepang lebih memfokuskan pendidikan dengan indoktrinisasi propaganda Jepang. Keadaan
                                                                                                                                                                  ini merupakan tantangan baru bagi Mulia sebagai orang yang giat pada dunia pendidikan.

                                                                                                                                                                  Ketika menjabat sebagai menteri, Mulia melakukan beberapa kebijakan. Pertama, mengubah kurikulum
                                                                                                                                                                  agar sesuai dengan wawasan kebangsaan sebagai kelanjutan kurikulum yang dilakukan oleh menteri
                                                                                                                                                                  sebelumnya. Kedua, memperbaiki sarana dan prasarana pendidikan, seperti renovasi fasilitas pendidikan
                                                                                                                                                                  dan penambahan tenaga pengajar. Ketiga, memperluas lembaga pendidikan yang ada agar tidak terfokus
                                                                                                                                                                  pada pendidikan umum saja namun juga pendidikan berlatar belakang agama. Kebijakan nomer tiga
                                                                                                                                                                  kemudian direvisi dengan keluarnya Penetapan Pemerintah Tahun 1945 No. 3/S.D yang menyatakan
                                                                                                                                                                  bahwa urusan keagamaan yang semula menjadi bagian dari Departemen Pengajaran, Pendidikan, dan
                                                                                                                                                                  Kebudayaan berubah menjadi urusan Departemen Dalam Negeri.

                                                                                                                                                                  Mulia hanya menjabat selama satu tahun, dari 14 November 1945 hingga 2 Oktober 1946, sebagai
                                                                                                                                                                  Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan  Kebudayaan. Meskipun  demikian  waktu  satu  tahun  tersebut
                                                                                                                                                                  meninggalkan kebijakan yang khas, yaitu menghidupkan kembali pendidikan yang berorientasi dan
                                                                                                                                                                  berlatar belakang keagamaan, terutama agama Kristen. Karena kebijakannyalah masyarakat Kristen
                                                                                                                                                                  dapat membangun jaringan pendidikan Kristen secara kuat.

                                                                                                                                                                  Setelah berhenti sebagai menteri, Mulia tetap mengabdikan diri pada dunia pendidikan. Pada tahun
                                                                                                                                                                  1951 ia menjadi Guru Besar Universtias Darurat Indonesia dan Universitas Indonesia. Sebelumnya,
                                                                                                                                                                  pada tahun 1950, ia bersama dengan Mr. Yap Thiam Hien dan Benjamin Thomas Philip Sigar mendirikan
                                                                                                                                                                  Universitas Kristen Indonesia. Pada tahun yang sama ia turut mendirikan dan menjadi ketua pertama




                             44   MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018                                                                                                             MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  45
   51   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61