Page 57 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 57

Atas                                                                                                        Todong Sutan
 Todong Sutan                                                                                                Gunung Mulia
 Gunung Mulia yang                                                                                           bersama rekan-
 disisi kirinya adalah                                                                                       rekannya di depan
 Hendrik Kreamer                                                                                             Gereja Immanuel
 (Sumber: Istimewa).                                                                                         (Sumber: Istimewa)

 Tengah
 Todong Sutan
 Gunung Mulia
 Ketika menjadi
 guru Hollandsche
 Indiesche School
 (HIS) di Kotanopa,
 Manddailing,
 Sumatera Utara
 (Sumber: Istimewa)

 Bawah
 Pengangkatan
 Todong Sutan
 Gunung Mulia
 menjadi Menteri
 Pengajaran oleh
 Presiden Soekarno
 (Sumber: Istimewa)


               untuk kemudian disebarluaskan ke seluruh wilayah di Hindia Belanda. Pada tahun 1932 Mulia terlibat

               dalam konferensi pemuda Kristen Batak di Padalarang. Konferensi tersebut menghasilkan wadah bagi
               para pemuda Batak yang dikenal dengan Naposobulung Kristen Batak (NKB).
               Sesudah kemerdekaan Indonesia, Mulia melanjutkan karier politiknya. Pada tanggal 10 November
               1945 ia bersama para tokoh Kristen mendirikan Partai Kristen Indonesia (Parkindo). Hanya berselang
               empat  hari setelah  pembentukan  Parkindo  ia  ditunjuk  oleh  Presiden  Soekarno  menggantikan
               Ki Hadjar Dewantara sebagai Menteri Pengajaran. Saat itu kondisi pendidikan di Indonesia kacau
               karena perbedaan sistem pendidikan yang digunakan di Hindia Belanda dan yang diterapkan oleh Jepang
               selama masa pendudukan. Pemerintah Hindia Belanda memfokuskan pendidikan agar “bisa dinikmati”
               secara luas sesuai dengan Politik Etis, walaupun pada praktiknya pendidikan diberikan dengan tujuan
               mencetak ambtenar ‘tenaga pemerintahan’ untuk kepentingan Pemerintah Kolonial Belanda. Berbeda
               halnya dengan Jepang. Sesuai dengan Osamu Sirei No. 1 dan maklumat lain tentang penyelenggaraan
               pendidikan Jepang lebih memfokuskan pendidikan dengan indoktrinisasi propaganda Jepang. Keadaan
               ini merupakan tantangan baru bagi Mulia sebagai orang yang giat pada dunia pendidikan.

               Ketika menjabat sebagai menteri, Mulia melakukan beberapa kebijakan. Pertama, mengubah kurikulum
               agar sesuai dengan wawasan kebangsaan sebagai kelanjutan kurikulum yang dilakukan oleh menteri
               sebelumnya. Kedua, memperbaiki sarana dan prasarana pendidikan, seperti renovasi fasilitas pendidikan
               dan penambahan tenaga pengajar. Ketiga, memperluas lembaga pendidikan yang ada agar tidak terfokus
               pada pendidikan umum saja namun juga pendidikan berlatar belakang agama. Kebijakan nomer tiga
               kemudian direvisi dengan keluarnya Penetapan Pemerintah Tahun 1945 No. 3/S.D yang menyatakan
               bahwa urusan keagamaan yang semula menjadi bagian dari Departemen Pengajaran, Pendidikan, dan
               Kebudayaan berubah menjadi urusan Departemen Dalam Negeri.

               Mulia hanya menjabat selama satu tahun, dari 14 November 1945 hingga 2 Oktober 1946, sebagai
               Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan  Kebudayaan. Meskipun  demikian  waktu  satu  tahun  tersebut
               meninggalkan kebijakan yang khas, yaitu menghidupkan kembali pendidikan yang berorientasi dan
               berlatar belakang keagamaan, terutama agama Kristen. Karena kebijakannyalah masyarakat Kristen
               dapat membangun jaringan pendidikan Kristen secara kuat.

               Setelah berhenti sebagai menteri, Mulia tetap mengabdikan diri pada dunia pendidikan. Pada tahun
               1951 ia menjadi Guru Besar Universtias Darurat Indonesia dan Universitas Indonesia. Sebelumnya,
               pada tahun 1950, ia bersama dengan Mr. Yap Thiam Hien dan Benjamin Thomas Philip Sigar mendirikan
               Universitas Kristen Indonesia. Pada tahun yang sama ia turut mendirikan dan menjadi ketua pertama




 44  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018  45
   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62