Page 75 - E- MODUL HIKAYAT
P. 75

“Bagaimana,  Roro  Jonggrang?”  desak  Bondowoso.  Akhirnya  Roro  Jonggrang
                   mendapatkan  ide. “Saya  bersedia  menjadi  istri  Tuan,  tetapi  ada  syaratnya,”  Katanya.
                   “Apa  syaratnya?  Ingin  harta  yang  berlimpah?  Atau  Istana  yang  megah?”.  “Bukan  itu,
                   tuanku,  kata  Roro  Jonggrang.  Saya  minta  dibuatkan  candi,  jumlahnya  harus  seribu
                   buah. “Seribu buah?” teriak Bondowoso. “Ya, dan candi itu harus selesai dalam waktu
                   semalam.” Bandung Bondowoso menatap Roro Jonggrang, bibirnya bergetar menahan
                   amarah.  Sejak  saat  itu  Bandung  Bondowoso  berpikir  bagaimana  caranya  membuat
                   1000  candi.  Akhirnya  ia  bertanya  kepada  penasehatnya.  “Saya  percaya  tuanku  bisa
                   membuat candi tersebut dengan bantuan Jin!”, kata penasehat. “Ya, benar juga usulmu,
                   siapkan peralatan yang kubutuhkan!”
                   Setelah  perlengkapan  disiapkan,  Bandung  Bondowoso  berdiri  di  depan  altar  batu.
                   Kedua  lengannya  dibentangkan  lebar-lebar.  “Pasukan  jin,  Bantulah  aku!”  teriaknya
                   dengan suara menggelegar. Tak lama kemudian, langit menjadi gelap. Angin menderu-
                   deru.  Sesaat  kemudian,  pasukan  jin  sudah  mengerumuni  Bandung  Bondowoso.  “Apa
                   yang harus kami lakukan Tuan?”, tanya pemimpin jin. “Bantu aku membangun seribu
                   candi,”  pinta  Bandung  Bondowoso.  Para  jin  segera  bergerak  ke  sana  kemari,
                   melaksanakan  tugas  masing-masing.  Dalam  waktu  singkat,  bangunan  candi  sudah
                   tersusun hampir mencapai seribu buah.
                   Sementara  itu,  diam-diam  Roro  Jonggrang  mengamati  dari  kejauhan.  Ia  cemas,
                   mengetahui  Bondowoso  dibantu  oleh  pasukan  jin.  “Wah,  bagaimana  ini?”,  ujar  Roro
                   Jonggrang  dalam  hati.  Ia  mencari  akal.  Para  dayang  kerajaan  disuruhnya  berkumpul
                   dan ditugaskan mengumpulkan jerami. “Cepat bakar semua jerami itu!” perintah Roro
                   Jonggrang.  Sebagian  dayang  lainnya  disuruhnya  menumbuk  lesung.  Dung…  dung…
                   dung! Semburat warna merah memancar ke langit dengan diiringi suara hiruk pikuk,
                   sehingga mirip seperti fajar yang menyingsing.
                   Pasukan jin mengira  fajar sudah  menyingsing. “Wah, matahari  akan  terbit!” seru jin.
                   “Kita harus segera pergi sebelum tubuh kita dihanguskan matahari,” sambung jin yang
                   lain.  Para  jin  tersebut  berhamburan  pergi  meninggalkan  tempat  itu.  Bandung
                   Bondowoso sempat heran melihat kepanikan pasukan jin.
                   Paginya, Bandung Bondowoso mengajak Roro Jonggrang ke tempat candi. “Candi yang
                   kau  minta  sudah  berdiri!”.  Roro  Jonggrang  segera  menghitung  jumlah  candi  itu.
                   Ternyata jumlahnya hanya 999 buah!. “Jumlahnya kurang satu!” seru Loro Jonggrang.
                   “Berarti  tuan  telah  gagal  memenuhi  syarat  yang  saya  ajukan”.  Bandung  Bondowoso
                   terkejut mengetahui kekurangan itu. Ia menjadi sangat murka. “Tidak mungkin…”, kata
                   Bondowoso sambil menatap tajam pada Roro Jonggrang. “Kalau begitu, kau saja yang
                   melengkapinya!”  katanya  sambil  mengarahkan  jarinya  pada  Roro  Jonggrang.  Ajaib!
                   Roro Jonggrang langsung berubah menjadi  patung batu. Sampai saat  ini, candi-candi
                   tersebut masih ada dan terletak di wilayah Prambanan, Jawa Tengah, dan disebut Candi
                   Roro Jonggrang.

                                                       (https://www.ruangguru.com/blog/contoh-hikayat)

              2.  Carilah unsur intrinsik hikayat tersebut, mulai dari tema, alur, amanat, sudut pandang,
                  latar dan gaya bahasanya.
              3.  Buatlah kerangka hikayat berdasarkan unsur intrinsik yang sudah saudara catat.
                  Kerangka tersebut dapat berupa urutan peristiwa penting.
              4.  Jelaskan keterkaitan hikayat di atas dengan keadaan budaya masyarakat setempat.
              5.  Jelaskan nilai-nilai dalam hikayat di atas dengan jelas dan mudah dipahami.



                                                          Bahasa Indonesia SMA/MA Kelas X |              74
   70   71   72   73   74   75   76   77   78   79   80