Page 14 - MODUL
P. 14

Namun anak mereka selalu merasa lapar.

                     Walaupun sudah banyak makanan yang masuk ke dalam mulutnya, ia tak pernah

                     merasa kenyang.
                     Suatu hari, karena begitu laparnya ia menghabiskan semua maakanan yang ada di meja,

                     termasuk jatah makanan kedua orang tuanya. Ayahnya pun pulang dari ladang.
                     Tuba: “Bah, lapar kali aku. Enak kali kalau aku makan masakan istriku.” (berharap)

                     Tuba: (membuka tudung saji lalu mengerenyitkan dahi)

                     “Ucok!!!! Kau kemanakan semua makanan masakan Inang kau?”
                     Ucok: “Sudah Ucok habiskan lah, Amang. Lapar kali Ucok habis main di ladang”

                     Tuba: “Dasar anak ikan! Rakus kali kau!” (geram)
                     Ucok menangis, lalu berlari pergi menemui ibunya di ladang.

                     Putri ikan: “Mengapa kau menangis anakku?” (bingung melihat anaknya menangis)
                     Ucok: “Inang, benarkah aku ini adalah seorang anak ikan?”

                     Putri ikan: “Siapa yang bierkata padamu, Nak?” (terkejut)

                     Ucok: (diam sambil tersedu-sedu)
                     Putri ikan: “Jawab ibu, Nak!”

                     Ucok: “Amang yang berkata itu padaku, Inang. Amang bilang aku adalah seorang anak ikan,
                     makanya aku rakus. Benarkah itu Inang? Amang bohongkah Inang?”

                     Putri ikan: (diam dan mulai menitikkan air mata)

                     Ucok: “Jawab Ucok, Inang! Amang hanya berbohong kan, Inang?”
                     Putri Ikan: “Iii…ya Ucok, Amangmu itu benar sekali. Aku adalah anak ikan. Inangmu ini

                     adalah seekor ikan sebelum Inang menikah dengan Amang.”
                     Ucok yang mendengar jawaban dari ibunya, semakin menangis tersedu-sedu. Ia tak mengira

                     bahwa selama ini dirinya adalah anak ikan.

                     BABAK 3
                     Jauh di rumahnya, Tuba baru tersadar bahwa ia sudah melanggar janjinya kepada sang Putri

                     Ikan.
                     Ia sangat menyesali perkataanya terhadap anaknya bahwa anaknya adalah anak ikan.
   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19