Page 24 - Renungan El-Bethel - Februari 2022
P. 24
E
N
D
M
G
E
N
L
AN
K
AR
AR
E
A
J
B
BELAJAR MENDENGARKAN
Karena makin banyak kata-kata, makin banyak kesia-siaan. Apakah faedahnya untuk manusia?
Pengkhotbah 6:11
Bacaan: Pengkhotbah 6
dunia ini sudah terlalu banyak orang berbicara dan selalu ingin di dengar, merasa paling
D I
tahu dan paling benar. Di dalam pertemuan-pertemuan, bahkan dalam konseling-
k
DI onseling, justru konselor yang harusnya mendengar dan "saling", malah menjadi orang
selalu ingin mendominasi pembicaraan dengan keinginan "didengarkan", dikuatkan oleh argumen
dan teorinya supaya pendapatnya di setujui. Raja Salomo dengan segala hikmat dan kekayaannya
menuliskan di dalam perjalanan hidupnya, bahwa semua adalah sia-sia.
Sewaktu saya sharing dengan teman beberapa waktu yang lalu, kebetulan beliau juga mengasuh
salah satu acara di media online khusus untuk sharing2 online dengan nama disamarkan dan
tidak terlihat wajahnya, mengatakan bahwa di acara yang dia asuh, karena anonim dan boleh
cerita apapun justru banyak sekali yang bercerita tentang hal-hal yang terjadi dihidupnya yang
seringkali tidak ada orang terdekat yang tahu, atau juga bisa terjadi banyak orang disekelilingnya
tidak tahu karena "tidak punya waktu mendengarkan" untuk cerita mereka.
Bahkan Rasul Paulus juga menambahkan bagaimana kata-kata kita tidak boleh kosong dan
sembrono.
Efesus 5:4 (TB) Demikian juga perkataan yang kotor, yang kosong atau yang sembrono — karena hal-hal
ini tidak pantas — tetapi sebaliknya ucapkanlah syukur.
Karena bahasa dan kata yang terbatas ini bisa bahkan sering kali membuat orang salah mengerti.
Itu kenapa kita harus lebih banyak "mendengar" dan "melihat" supaya bisa tahu seperti apa
seharusnya bersikap dan berkata-kata yang tepat.
Amsal 25:11-12 (TB) Perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya adalah seperti buah apel emas di
pinggan perak. Teguran orang yang bijak adalah seperti cincin emas dan hiasan kencana untuk telinga
yang mendengar
Yakobus 1:19 (TB) Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk
mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah;
Jadi ingat kalimat guru sekolah minggu jaman dulu, kenapa Tuhan menciptakan telinga 2,
mata 2, dan mulut hanya 1, supaya kita bisa mendengar, dan melihat lebih banyak dari pada
berbicara. Banyak orang di dunia lebih memilih di tempat yang salah, tetapi bisa di dengar dan
diterima, dari pada ditempat yang seakan "benar", "baik" dll, tetapi sudah tidak ada lagi waktu
untuk mendengarkan cerita mereka. Sangat sibuk dunia ini, semua serba instan, terburu-buru,
berkejaran dengan deadline, banyak kebisingan, sehingga untuk diam, mendengar dan melihat
dengan jelas itu sulit. Mari kita belajar untuk memiliki telinga yang mau mendengar, bukan hanya SELASA
mendengar Tuhan, tetapi juga mendengarkan sesama. Perlu hati yang besar untuk mau melihat
dan mendengarkan yang lain.
SELASA
PERENUNGAN 22
1. Apakah selama ini kita lebih banyak berbicara daripada mendengar?
2. Apa langkah nyata yang bisa diambil untuk menjadi orang yang bisa mendengar sesama? FEB
DOA
“Tuhan, ampuni apabila selama ini kami tidak banyak memberi waktu untuk mendengarkan
sesama kami dan sibuk dengan diri kami sendiri. Ampuni kami yang selalu ingin didengar namun RUARI 2
tidak mau mendengar. Tolong kami untuk menjadi pendengar yang baik dan menjadi berkat
bagi sesama kami. Dalam nama Yesus kami berdoa, amen.” 0
(Priambodo) 22

