Page 7 - Buku Model ADISI
P. 7

BUKU MODEL ADISI         4






                        kelemahan investigasi mereka dengan membandingkan pekerjaan mereka dengan

                        teman sejawat (Su et al., 2025). Model ADI telah terbukti secara global efektif
                        dalam memperkuat keterampilan argumentasi (Putri et al., 2024) dan self efficacy

                        peserta didik (Eymur, 2018).

                               Penerapan  model  pembelajaran  ADI  dalam  konteks  pembelajaran  sains
                        belum berjalan secara optimal, karena masih ditemukan berbagai tantangan yang

                        signifikan.  Proses  penilaian  laporan  individu  (setiap  peserta  didik  membuat  3
                        laporan  tertulis)  dan  pelaksanaan  peer  review  membutuhkan  waktu  yang  tidak

                        sedikit, sehingga kurang efisien diterapkan untuk kelas dengan jumlah peserta didik

                        yang besar. Selain itu, pertanyaan atau masalah dalam model ADI biasanya hanya
                        punya satu jawaban atau memiliki solusi yang sudah jelas. Pertanyaan semacam ini

                        cenderung mengurangi partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berdialog, dan
                        berdebat  sehingga  kurang  mendorong  diskusi  terbuka  dan  pengembangan

                        keterampilan  argumentasi  yang  kompleks  (Songsil  et  al.,  2019).  Begitu  juga
                        penelitian yang dilakukan oleh Utami et al (2022) menunjukkan bahwa salah satu

                        kelemahan  model  ADI  adalah  peserta  didik  sering  mengalami  kesulitan  dalam

                        menyusun argumen pendukung yang kuat. Di sisi lain, integrasi teknologi dalam
                        pelaksanaan model ADI masih terbatas, padahal dalam era digital, pemanfaatan

                        teknologi dapat mendukung kolaborasi, akses informasi, dan presentasi argumen
                        yang  lebih  dinamis  (Putri  et  al.,  2023).  Lebih  jauh  lagi,  pembelajaran  sains

                        khususnya kimia di Indonesia masih jarang dikaitkan dengan konteks sosial nyata
                        dan  nilai-nilai  budaya  lokal  yang  dapat  memperkuat  relevansi  materi  sains

                        khususnya kimia dengan kehidupan peserta didik (Lidi et al., 2022). Oleh karena

                        itu,  diperlukan  pengembangan  model  ADI  yang  lebih  kontekstual,  efisien,  dan
                        adaptif  terhadap  kebutuhan  pendidikan  Indonesia  dengan  mengintegrasikan

                        teknologi  digital  serta  memanfaatkan  isu-isu  sosial  dan  kearifan  lokal  secara

                        optimal.
                               Untuk menjawab tantangan tersebut, model pembelajaran ADI diadaptasi

                        dan dikembangkan menjadi model pembelajaran ADISI (Argument-Driven Inquiry
                        berbasis  Socioscientific Issues  dan  Indigenous Science) guna mengatasi kendala

                        yang  dihadapi  oleh  dosen  dalam  meningkatkan  keterampilan  argumentasi  dan




                                                                                             LISA UTAMI
   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11   12