Page 31 - Buku 16 Gempa Bumi; Ujian atau Hukuman
P. 31

21.  Dan  diperbolehkan  bagi  siapa  pun  yang  khawatir
                 terhadap  dirinya,  keluarganya,  atau  hartanya;  baik
                 karena  gempa  maupun  sebab  lainnya,  untuk
                 menjamak dua shalat.

                 Ia boleh menjamak antara Zhuhur dan Ashar, serta antara
                 Maghrib dan Isya, selama (apabila) tidak menjamak akan
                 memberatkannya.  (  Lihat:  Fi  A’dzar  al-Jam’I  baina  Ash-
                 Shalatain dalam kitab Al-Inshaf karya Al-Mawardi 2/336,
                 dan Kasysyaf Al-Qina’ karya Al-Buhuti 2/5).

           22.  Mengetahui  kondisi  cuaca  dan  mencari  informasi
                 tentangnya, seperti waktu terjadinya gerhana matahari
                 dan  bulan,  turunnya  hujan,  terjadinya  gempa  bumi,
                 tiupan  angin,  serta  memperkirakan  hal-hal  tersebut
                 tidak  termasuk  dalam  praktik  ilmu  nujum  (astrologi)
                 atau klaim mengetahui hal ghaib.

                 Sebab  hal  itu  didasarkan  pada  perkara  yang  bersifat
                 indrawi,   pengalaman,     dan    pengamatan     terhadap
                 sunnatullah  yang  bersifat  kauni  (hukum  alam),  yang
                 kadang tepat dan kadang meleset. Tidak ada di dalamnya
                 keyakinan  bahwa  bintang-bintang  memiliki  pengaruh
                 terhadap keadaan di bumi.

                 Hal  ini  tidak  bertentangan  dengan  kenyataan  bahwa
                 gerhana,  gempa  bumi,  dan  semisalnya  merupakan  tanda-
                 tanda  kebesaran  Allah  Ta'ala  yang  dengannya  Dia
                 menakut-nakuti hamba-Nya, agar mereka kembali kepada-
                 Nya  dan  istiqamah  dalam  ketaatan  kepada-Nya.  (Fatawa
                 Al-Lajnah  ad-Daimah  1/634,  635,  8/323,  dan  Qaul  al-
                 Mufid karya Ibnu Utsaimin 1/531)


                                          27
   26   27   28   29   30   31   32