Page 26 - Buku 16 Gempa Bumi; Ujian atau Hukuman
P. 26
dikuatkan oleh Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah.
(Lihat: Al-Ikhtiyarat al-Ilmiyyah hal. 84, Kasyaf al-Qina
karya Al-Buhuti (2/66), dan Syarah Al-Mumthi’ (5/195))
Telah shahih dari Ibnu ‘Abbas radhiyallāhu „anhumā
bahwa beliau shalat ketika terjadi gempa di Bashrah.
Beliau memanjangkan qunut (yakni berdiri), kemudian
rukuk, lalu mengangkat kepala dan memanjangkan lagi
qunut, lalu rukuk lagi, dan begitu seterusnya, hingga beliau
menyempurnakan shalatnya dengan enam rukuk dan empat
sujud.
Lalu Ibnu Abbas berkata: “Begitulah shalat ayat-ayat
(tanda-tanda kekuasaan Allah).” (HR. Al-Baihaqi dalam
Sunan Al-Kubra (3/478), dan beliau menshahihkannya).
Syafi‘iyyah berpendapat disunnahkannya shalat ketika
terjadi gempa secara individu (tidak berjamaah) seperti
shalat biasa, disertai doa dan permohonan kepada Allah
Ta‘ala. (Lihat: Al-Umm karya Imam Asy-Syafi’i (2/535),
Al-Majmu’ karya An-Nawawi (5/55), dan Nihayat Al-
Muhtaj karya Ar-Ramli 2/412))
17. Disunnahkan ketika terjadi gempa dan tanda-tanda
kekuasaan Allah yang dahsyat lainnya, untuk:
Merendahkan diri kepada Allah Ta‘ala
Kembali kepada-Nya
Meninggalkan maksiat
Segera bertaubat
Memohon ampun
Bersungguh-sungguh dalam berdoa
Berdzikir
Bersedekah
22

