Page 25 - Buku 16 Gempa Bumi; Ujian atau Hukuman
P. 25
Gempa bumi dan lainnya termasuk tanda-tanda yang
dengannya Allah menakut-nakuti hamba-Nya. Maka
disyariatkan untuk melakukan apa yang disyariatkan saat
terjadi gerhana, yaitu bersegera menunaikan shalat.
Sebagaimana disebutkan dalam hadits:
ِِ
ِ
ِ
ِ ِ
َّ
ُامبُِللاُفوٌُِ،وللاُتايآُنمُنات يآُرمقح لاوُسمَّ شلاَُّ نإ ِ
ُ َُ
َ
َ
َ ُ
ح
َ ح
َ ََ َ َ
ِ
ِ
ِ
ُْ
َّ
ُ َّ تَّحُوللاُاوعداو َ ُ،اولصفُائيشُاه نمُمت يَأرُاذإفُ...ُهدابع
َ َ
ُ ح
َ ًحَ
َُ َ
َ
َ
َ َ
ح ُح َ
ح
ِ
ُ مُ كبُامُفشح كي
َ َ َ
ُ
ح
“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari
tanda-tanda kebesaran Allah, dengan keduanya Allah
menakut-nakuti hamba-Nya... Maka apabila kalian melihat
sesuatu dari itu, maka shalatlah dan berdoalah kepada
Allah hingga hilang apa yang menimpa kalian.” (HR.
Bukhari no. 1041 dan Muslim no. 911, Lafazh hadits ini
milik Muslim).
16. Para ulama berbeda pendapat tentang apakah gempa
bumi memiliki shalat khusus ketika terjadi, dan
apakah manusia berkumpul untuk melakukannya, atau
cukup shalat secara individu?.
Sebagian ulama berpendapat bahwa shalat untuk gempa
disyariatkan secara berjamaah seperti shalat gerhana, yaitu
dua rakaat, di setiap rakaat terdapat dua rukuk dan dua
sujud.
Ini adalah madzhab Hanabilah dalam kasus gempa yang
terus menerus, dan dipilih oleh Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah untuk semua fenomena alam (ayat), serta
21

