Page 40 - Buku 8 Seuntai Kata Penyejuk Jiwa
P. 40
Diriwayatkan dari Imran bin Hushain bahwa Rasulullah
shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ىَ لع ف عطتست َ لَ نإف ،ادعاق ف عطتست َ لَ نإف ،امئاق لص
ْ َ ً ََ
ْ َ َ
ْ َ
َ ْ َ َ
َ
َ ِّ
َ
ْ ْ
ْ ْ
ً
ٍ
ِ
( يراخبلا هاور ). بنج
ُْ
ْ
َ
َ ُ ُ ََ
“Shalatlah dengan berdiri; jika tidak mampu, maka dengan
62
duduk; dan jika tidak mampu, maka dengan berbaring.”
Syaikh Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahthani rahimahullah
berkata, “Wajib bagi orang sakit untuk melaksanakan setiap
shalat pada waktunya, dan melakukan semua yang mampu ia
lakukan dari hal-hal yang wajib dalam shalat tersebut. Jika ia
merasa kesulitan melaksanakan setiap shalat pada waktunya,
maka ia boleh menjamak antara shalat Zhuhur dan Ashar,
serta Maghrib dan Isya, baik dengan jama’ taqdim
(menggabungkan shalat Ashar dengan Zhuhur di waktu
Zhuhur, dan Isya dengan Magrib di waktu Maghrib), atau
dengan jama’ ta’khir (menggabungkan shalat Zhuhur dengan
Ashar di waktu Ashar, dan Maghrib dengan Isya di waktu
Isya), sesuai mana yang lebih mudah baginya. Adapun shalat
Subuh, tidak boleh dijamak dengan shalat sebelum atau
sesudahnya, karena waktunya terpisah dari waktu shalat
63
lainnya.”
Setelah menyebutkan dalil akan hal tersebut beliau
mengatakan,
“Tidak diperbolehkan bagi orang sakit meninggalkan shalat
dalam keadaan apa pun selama akalnya masih tetap (waras).
62
HR. Al-Bukhari, no. 1117
63 Sa’id bin Ali bin Wahf Al-Qahthani. Shalatul Maridh hal. 30
35

