Page 16 - Modul Menyunting
P. 16

3)  Kelogisan
                                    Benar  dan  salah  sebuah  kalimat  bukan  hanya  ditentukan  oleh

                                strukturnya,  melainkan  juga  unsur  lain  yang  harus  diperhatikan,  yaitu
                                kelogisan  maknanya.  Kalimat  yang  maknanya  tidak  logis  tidak  hanya

                                membingungkan  pembaca,  tetapi  juga  tidak  bisa  menyampaikan  pesan

                                secara  akurat  sesuai  dengan  tujuan  kalimat  efektif.  Berikut  contoh
                                kalimat yang maknanya tidak logis. (1) Toko itu menjual buku pelajaran

                                bahasa Indonesia. (2) Pencuri itu berhasil ditangkap polisi. Kalimat (1)
                                tidak  logis.  Ketidaklogisannya  terletak  pada  hubungan  subjek  dan

                                predikat  tidak  berterima,  karena  yang  bisa  menjual  itu  bukan  tokonya,

                                melainkan pemilik toko. Kalimat (2) pencuri yang berhasil itu seharusnya
                                yang  tidak  tertangkap  polisi,  bukannya  yang  tertangkap  polisi.

                                Seharusnya:  (1)  Di  toko  itu  dijual  buku  pelajaran  bahasa  Indonesia.
                                (2) Polisi berhasil menangkap pencuri.



                        2.  Faktor Penyebab Ketidakefektifan Kalimat
                                Ada  beberapa  faktor  penyebab  ketidakefektifan  kalimat.  Faktor-faktor

                            tersebut, yaitu kesalahan tata bahasa, ketaksaan kalimat, ketidakhematan kata,
                            kerancuan kalimat, dan pengaruh bahasa asing dan daerah.

                            1)  Kesalahan Tata Bahasa
                                Berikut  contoh  kalimat  tidak  efektif  akibat  kesalahan  tata  bahasa.  (1)

                                Demikian  surat  pemberitahuan  ini,  atas  perhatiannya,  saya  ucapkan

                                terima kasih. (2) Dia mengalami kecelakaan ketiga kalinya. Pada kalimat
                                (1) kata ganti nya mengacu pada orang ketiga, sedangkan yang disurati

                                orang kedua maka langsung saja memakai nama panggilan yang disurati
                                (Bapak/Ibu/Saudara, dll.) Kalimat (2) tidak sesuai dengan struktur bahasa

                                Indonesia  (yang  benar  kata  kali  ketiganya).  Seharusnya:  (1)  Demikian
                                surat pemberitahuan ini, atas perhatian Bapak/Ibu/Saudara, saya ucapkan

                                terima kasih. (2) Dia mengalami kecelakaan kali ketiganya.

                            2)  Ketaksaan atau Keambiguan Kalimat
                                Berikut contoh kalimat taksa atau ambigu.  (1) Kucing makan tikus mati.

                                (2)  Istri  dokter  baru.  Pada  kalimat  (1)  apa  yang  mati?  Kalau  yang




                                                              16
   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21