Page 124 - MODUL_SSI_ SENYAWA HIDROKARBON DAN MINYAK BUMI
P. 124
110
Hujan Asam Rusak Patung Tembaga di Bandung
Bandung - Kondisi geografis Bandung yang berada di daerah cekungan perparah
tingkat polusi. Celakanya hal tersebut memicu potensi terjadinya hujan asam.
Parahnya hujan asam, bisa dilihat dari rusaknya patung-patung tembaga di Bandung.
Demikian dikatakan oleh Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim Dr
Thomas Djamaluddin di ruang kerjanya, lantai 2 kantor Lembaga Penerbangan dan
Antariksa Nasional (LAPAN), Jalan Djunjunan No 133, Rabu (22/4/2009) siang.
"Berbeda dengan Jakarta yang sama-sama memiliki tingkat polusi tinggi, geografis
Bandung yang berada di daerah cekungan memperparah iklim di Bandung. Cekungan
membuat udara tidak mengalir ke luar dan ini membuat potensi hujan asam
meningkat," paparnya.
Menurut Thomas, indikator yang bisa dilihat dari terjadinya hujan asam di Kota
Bandung adalah bercak-bercak berwarna kehijauan di patung-patung yang terbuat
dari tembaga yang banyak tersebar di Kota Bandung. Salah satunya adalah patung
pemain bola di pertigaaan Jalan Tamblong dan Jalan Sumatera.
"Kita bisa melihat di patung-patung tersebut terdapat bercak berwarna kehijauan. Hal
itu dikarenakan adanya reaksi kimia yang diakibatkan oleh zat asam," terangnya.
Menurutnya sejak 1997, Bandung sudah mengalami hujan asam. Namun derajat
keasamannya masih rendah. Tapi pihaknya pernah mencatat pada tahun 2000, terjadi
hujan asam dengan tingkat PH 4, padahal ambang batasnya adalah 5,6.
"Dikatakan asam jika PH nya kurang dari 5,6. Sejak 1997, PH-nya sudah di bawah
ambang batas 5,6. Bahkan puncaknya pada tahun 2000, PH nya hanya 4. Ini masih
yang paling asam," ungkap pria berkacamata ini.
Thomas juga menegaskan bahwa hujan asam yang tinggi dapat merusak lingkungan
dengan cepat. Walaupun belum ada penelitian terhadap dampaknya kepada manusia,
namun Thomas meyakini jika kondisi tersebut dibiarkan maka dampak negatif
terhadap manusia akan terasa.
"Memang belum ada penelitian tentang dampaknya terhadap manusia secara
langsung. Karena kalau kehujanan, kita (manusia - red) langsung mandi, mengguyur
tubuhnya dengan air. Ini langsung melunturkan air hujan asam. Sedangkan kalau ke
pohon atau bangunan langsung terlihat dampaknya karena langsung terpapar air
hujan dan tidak langsung disiram. Jadi kalau ke lingkungan sudah dapat terlihat
dampaknya," tuturnya.