Page 4 - JAM GADANG (SHYAHIRA FATIAH ASYIFA)
P. 4

SEJARAH JAM GADANG











                     Jam  Gadang  terlihat  dari  pertikaian  di  salah  satu  sudut  Kota
                     Bukittinggi sekitar tahun 1933.
                     Jam  Gadang  dibangun  pada  tahun  1925–1927  atas  inisiatif

                     Hendrik  Roelof  Rookmaaker,  controleur  atau  sekretaris  kota
                     Fort  de  Kock  (sekarang  Kota  Bukittinggi)  pada  masa

                     pemerintahan Hindia Belanda. Jamnya merupakan hadiah dari
                     Ratu Belanda Wilhelmina. Seorang arsitek asal Koto Gadang ,

                     Yazid  Rajo  Mangkuto  bertindak  sebagai  penanggung  jawab
                     pembangunan,  sementara pelaksana pembangunan ditangani

                     oleh Haji Moran dengan mandornya St. Gigi Ameh.


                     Peletakan  batu  pertama  pembangunan  dilakukan  oleh  putra

                     pertama  Rookmaker  yang  pada  saat  itu  masih  berusia  enam
                     tahun.  Pembangunannya  menghabiskan  biaya  sekitar  15.000

                     Gulden di luar biaya upah pekerja sebesar 6.000 Gulden. Biaya
                     itu  bersumber  dari  Pasar  Fonds,  badan  pengelola  dan

                     pengumpul pajak atas pasar-pasar di Bukittinggi.



                     Jam Gadang sedang dalam tahap kontruksi ketika terjadinya
                     gempa  bumi  Padang  Panjang  pada  bulan  Juni  1926.  Gempa
                     mengakibatkan bangunan menara miring 30 derajat sehingga

                     diperbaiki seperti keadaan semula. [ 11 ] Pada bulan Februari
                     1927, Gubernur Jenderal Hindia Belanda Andries Cornelies Dirk

                     de  Graeff  meninjau  pembangunan  Jam  Gadang  dalam
                     kunjungannya ke Fort de Kock.
   1   2   3   4   5   6