Page 17 - E-Modul Revisi_Neat
P. 17

E-Modul Biologi
                         Perubahan dan Pelestarian Lingkungan                                       13
                         Berbasis Literasi Ekologi dan Terintegrasi Kearifan Lokal Ammatoa Kajang


                               Pembabatan  dan  pembakaran  hutan  merupakan  salah
                        satu kegiatan manusia yang menyebabkan dampak sangat luas
                        yaitu  berakibat  hilangnya  humus  tanah,  ketandusan  tanah,
                        berkurangnya  sumber  air,  dan  rusaknya  tatanan  ekosistem.
                        Rusaknya  tatanan  ekosistem  akan  berakibat  migrasi  hewan-
                        hewan buas dari hutan ke desa-desa untuk memangsa hewan
                        ternak bahkan manusia. Gajah, babi hutan, dan  hewan herbivora
                        lainnya tidak akan dapat mempertahankan hidup di hutan yang
                        rusak  hewan-hewan  tersebut  bermigrasi  ke  perkampungan
                        penduduk  dengan  merusak  tanaman  budidaya  manusia.  Oleh
                        karena  itu  dalam  salah  satu  pasang  telah  mengingatkan
                                                   “Teako  Panra’i  Boranga,  Punna  Panra’i “ “
                        masyarakat Amma-Toa bahwa:





                                                   Boranga  Panra  ti’i  Linoa”  (jangan
                                                   merusak  hutan,  sebab  kalau  hutan
                                                   rusak,  rusak  pula  kehidupan  manusia).




                               Alasan  mengapa  masyarakat  adat  Ammatoa  sangat
                        konsern  terhadap  pelestarian  hutan  karena  hutan  berfungsi
                        sebagai  tempat  ritual  dan  ekologi.  Hutan  dalam  kepercayaan
                        masyarakat        Amma-Toa          adalah      tempat      pertama       kali
                        diturunkannya  leluhur  mereka,  sehingga  merusak  hutan  berarti
                        sama  saja  menghilangkan  penghormatan  terhadap  leluhur.
                        Masyarakat  adat  Kajang  juga  senantiasa  selalu  menjaga
                        kelestarian  lingkungan  alam  termasuk  hutan,  karena  merusak
                        hutan berarti merusak diri sendiri. Bahkan secara moral mereka
                                        12
                        mengatakan :
                         “



                                           anjo
                                                   akkulle
                                                               ammanraki
                            “Olo’-oloji
                            boronga. Jari punna nia’ tau ammanraki
                            boronga  sangkammajintu  olo’-olo’a,”
                            (hanya  binatang  yang  dapat  merusak
                            hutan,  jadi  jika  ada  manusia  yang
                            sengaja merusak  hutan berarti ia setara
                            dengan binatang).


                        jadi  jika  ada  manusia  yang  sengaja  merusak  hutan  berarti  ia
                                                     13
                        setara dengan binatang .

                        12 Jumrana, ‘Makna Hutan Bagi Masyarakat Adat Kajang, Suatu Kearifan Lokal Dalam Pelestarian Lingkungan’, Etnore!ika, 2.1 (2013).
                        13  Abdullah Ha"d, ‘BELIEF SYSTEM IN INDIGENOUS COMMUNITY OF KAJANG IN THE VILLAGE’, Patanjala, 5.1 (2013).
   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22