Page 75 - E - MODUL STUDI AGAMA KONTEMPORER
P. 75
agama dan negara. Jadi, sekularisme bukan konsep yang antiagama. Bahkan
bisa jadi orang yang sekular justru sangat agamis dalam wilayah privatnya.
Tetapi ketika di dalam wilayah publik mereka percaya bahwa negara dan
agama mesti dipisah. Jadi sekularisme sebetulnya tidak niscaya terkait dengan
penyingkiran agama, melainkan lebih untuk menjelaskan bagaimana hubungan
antara agama dan negara sekaligus untuk membedakan otoritas yang dimiliki
masing-masing.
Sekularisme tidak lain adalah produk historis, maka sekularisme harus
selalu dilihat konteks perkembangannya. Dalam konteks historis inilah
sekularisme misalnya yang berkembang di India, atau Amerika Serikat, kaum
Muslim menikmati kebebasan beragama. Agama tetap menjadi bagian penting
dari kehidupan setiap warganegara. Sekularisme tidak berarti harus
menyingkirkan peran agama. Agama tetap diperlukan dalam kehidupan
masyarakat sebagai etika sosial. Tanpa sekularisme, agak sulit untuk
membayangkan negara bisa berbuat adil terhadap agama-agama yang dipeluk
oleh semua warganegaranya.
Menurut Gadis Arivia, sekularisme diaggas untuk memisahkan antara
agama dan negara. Jadi, sekularisme bukan konsep yang antiagama. Bahkan
dalam pandangannya, seringkali orang yang sekular justru sangat agamis
dalam wilayah privatnya. Tetapi ketika di dalam wilayah publik mereka
percaya bahwa negara dan agama mesti dipisah. Sebagai feminis, Gadis Arivia
mencita-citakan bagaimana memperjuangkan hak-hak kaum perempuan,
misalnya masalah pengaturan pakaian apa yang boleh dipakai atau tidak boleh
dipakai oleh perempuan. Pengaturan semacam ini, kalau dilakukan oleh
negara, akan mengancam kebebasan berekspresi perempuan. Dapat
disimpulkan bahwa sekularisme tidak berarti peminggiran Islam dari
66
kehidupan publik.
66 Budhy Munawar Rahman, Reorientasi Pembaruan Islam Sekularisme, Liberalisme, dan
Pluralisme Paradigma Baru Islam Indonesia, Jakarta: Grasindo, 2010, Hal. 237-281
70