Page 10 - KATALOG BORNEO METAMORFOSA 3
P. 10
Budaya lama kadang masih disayang dan ketika digunakan lagi akan disesuaikan dengan perkembangan
jaman serta selera kekinian. Tujuannya dua, menjadikannya lebih modern atau hanya memberikan sentuhan
kreatif pada tradisi tersebut. Walau nilai budaya dalam tradisi akan berubah, namun bentuk kebaruan itu
akan memberi nilai tambah pada ranah estetik, sekaligus ada nilai yang terdegradasi karena
perkembangannya.
Pada sisi yang lain, ketika tradisi dijadikan objek rekonstruksi kesenian, maka tradisi akan cenderung
berubah drastis, bahkan bisa saja menjadi bentuk baru yang menghilangkan jejak aslinya. Hal ini terjadi
karena salah memahami rekonstruksi dalam seni tradisi. Rekonstruksi kesenian seharusnya diletakkan pada
perubahan pola pandang masyarakatnya, hingga tumbuh kesadaran akan pentingnya keberadaan tradisi
dalam kehidupan mereka. Artinya, hal pertama yang penting untuk direkonstruksi adalah pemikiran
masyarakat pemilik tradisi itu sendiri. Dari situ akan tumbuh semangat untuk melestarikan seni tradisi oleh
pemiliknya sendiri. Pelestarian inilah yang nantinya dapat dikaji menjadi bentuk baru yang tidak
meninggalkan pakem dan nilai budaya yang ada didalamnya.
Rekonstruksi juga banyak disalah artikan dalam pengembangan bentuk kesenian. Eksplorasi yang banyak
merubah tanpa memandang kaidah pakem akan menyingkirkan nilai dan esensi kesukuan. Kebanyakan
komposisi baru dalam praktiknya merubah, bukan ditata ulang. Jika terlalu banyak merubah, akhirnya akan
menghilangkan esensi lokalitas. Tradisi kehilangan jejak kesukuan dalam perkembangannya. Tradisi
berganti topeng baru, memakai baju baru, lalu disuruh bergerak sesuai etika kemajuan jaman. Makanan
tradisi bukan lagi kangkung, tapi berganti hamburger, minum kopi susu dingin, dan mulai berceramah
tentang teknologi. Alam primordial modern memaksa tradisi melupakan ranah asal, sehingga lahirlah
tradisi baru yang bernama “Ekstra-Tradisi”.
Dalam dunia modern, wajah Eks-tradisi ibarat mantan pacar yang tidak terpakai karena dianggap usang.
Sementara ekstra-tradisi juga tidak ubahnya seperti janda binal, motok dan bahenol. Namun karena
dandanan ekstra-tradisi itu terlalu menor, akhirnya kita tidak bisa lagi melihat keluguannya, terutama
ketika tradisi pindah ke kota dan menjadi budaya baru dalam masyarakat urban.
Ekstra-tradisi lahir secara prematur dan tidak ubahnya seperti budaya ilusional atau bayangan. Hal ini
karena tradisi hidup dan berkembang dikalangan masyarakat delusional (tidak dapat membedakan antara
kenyataan dan khayalan). Kebanyakan orang tidak bisa lagi membedakan mana tradisi asli (sebenarnya) dan
tradisi ilusi (palsu). Tradisi dijadikan bahan permainan sulap, untuk kebutuhan sesaat dan hanya sebatas
pemuas nafsu hiburan. Tradisi menjadi benda mati sebagai penghuni gemerlapnya panggung atau ruang
pamer, lalu dijual sebagai bahan pendidikan dan apresiasi.
8 | Pameran Lukisan Borneo Metamorfosa 3