Page 15 - KATALOG BORNEO METAMORFOSA 3
P. 15
Mungkin apa yang dirasakan oleh Budi Kurniawan sekarang juga kita rasakan, namun jarang terpikirkan
oleh orang kabanyakan. Tradisi kesukuan terhimpit prestise kekaryaan dan kebanyakan meninggalkan
keaslian. Sape jaman sekarang tidak ubahnya sebagai jargon propaganda revitalisasi pemikiran kompleks
para budayawan dan seniman. Berbagai konsep rekonstruksi bukan membuat batasan yang jelas, malah
melanggar batas-batas. Nilai budaya mulai digilas, pakem tradisi mulai dilibas, nilai kesukuan mulai
diperas, lalu tradisi dihidupkan lagi dalam bentuk baru yang terlahir dari ampas.
Semua benda warisan budaya mempunyai bentuk, ornamen, dan kedudukannya dalam suatu masyarakat
dan itu dimaknai berbeda oleh setiap orang. Masing mempunyai posisi penting dalam kebudayaan
masyarakatnya. Posisi benda budaya dalam suatu masyarakat menjadikan kebudayaan itu hanya tercipta
satu dan menempati posisi tunggal dialam pemikiran mereka. Seperti halnya perahu tradisi Musik Sape
Kalbar mempunyai nafas yang sama dengan Tradisi Musik Sape yang ada di Kaltim, namun legalitas
kepemilikan masing-masing mempunyai posisi untuk memperkuat kedudukan suatu kebudayaan.
Legalitas pemikiran masyarakat menjadikan kebudayaan itu “limited tradition”, sebuah tradisi yang hanya
ada satu-satunya, tidak pernah sama, dan hanya dilahirkan sebagai mahakarya tunggal. Posisi warisan
budaya dalam suatu kebudayaan masyarakat lebih menekankan kepada cirikhas yang dilegalkan dan diakui
milik bersama, serta dapat menggambarkan kehidupan masyarakat dimana kebudayaan itu lahir. Posisi
inilah yang membuat sebuah budaya menjadi kuat, karena menyatu dengan masyarakat sebagai penggerak
kebudayaan tersebut.
Jika limites tradision itu dikembangkan, seharuskan kita sudah memahami konsep tunggal dalam tradisi
tersebut. Kita hanya perlu mengembangkan satu tradisi saja, bukan melahirkan tradisi baru yang cenderung
menjadi tandingan. Kita bisa saja merubah bentuk selama pakem tidak dilanggar, karena pakem itu adalah
cirikhas tradisi yang menjadikannya tunggal dan berbeda dengan lainnya. Itulah yang menjadi cirikhas dari
kehidupan masyarakat pemiliknya.
Kebudayaan tidak dapat diglobalisasi dalam satu persepsi. Contohnya seperti Sape, tidak dapat hanya
dipandang sebagai alat musik biasa. Sape adalah tonggak peradaban yang lahir dalam suatu masyarakat.
Dialektika bentuk dan ornamentasi pada sape adalah simbol kemegahan adat dan kesukuan. Itulah pakem
yang tidak boleh dirubah secara serampangan tanpa pijakan. Merubah bentuk atau rangkaian ornamentasi
akan merubah nilai, bahkan bisa menghilangkan esensi dari kesukuan itu sendiri. Pada kenyataannya,
kebanyakan orang hanya melihat alat, namun melupakan nilai budaya yang ada didalamnya.
Tradisi Saprahan dan Musik Sape hanya contoh kecil dari tradisi di Kalbar yang menjadi artefak dalam
pemikiran masyarakat urban kota Pontianak. Khasanah nilai harus dikerdilkan dengan menyeragamkan
Pameran Lukisan Borneo Metamorfosa 3 | 13