Page 16 - Burung kekekow dan Gadis Miskin
P. 16
“Entahlah, Dik, kakak juga bingung ke mana kita
mencari makanan. Sepanjang hari kita menyusuri
hutan, tetapi tak satu pun pohon yang berbuah kita
temukan,” sahut sang kakak dengan wajah muram
karena membayangkan wajah sang ibu yang menanti
kedatangan mereka. Saat sang kakak menoleh ke arah
adiknya, terlihatlah wajah adiknya yang memelas.
Sebagai seorang kakak, tidak tega rasanya memandangi
wajah adik yang memegang perut karena perih menahan
lapar. Akhirnya, dengan penuh rasa kasih sayang sang
kakak membelai adiknya sambil berkata, “Dik, sebaiknya
kita tidur dulu di bawah pohon ini dan saat kita bangun
rasa lapar yang kita rasakan ini pasti bisa hilang,”
bujuknya.
Sang kakak lalu lebih mendekatkan badannya di
samping adiknya, lalu dengan penuh kasih sayang kepala
adiknya dibelai-belai sambil bernyanyi kecil berharap
adiknya segera terlelap. Namun, karena rasa lapar
yang mendera, adiknya tidak dapat memejamkan mata.
Sejenak suasana menjadi hening karena mereka berdua
terdiam dan hanyut dalam pikiran masing-masing. Saat
8